Larutan Buffer

BAB III
LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)

A.  Pre –Lab
1.    Apakah yang dimaksud dengan larutan penyangga?
Larutan penyangga atau larutan buffer adalah larutan yang pHnya hampir tetap walaupun
ditambahkan sedikit asam, sedikit basa atau bila larutan diencerkan. Larutan penyangga
merupakan campuran asam lemah dengan basa konjugasinya atau campuran basa lemah
dengan asam konjugasinya. Jadi buffer atau yang bisa juga disebut larutan dapar atau 
larutan penahan adalah larutan yang dapat mencegah perubahan pH (Cairns, 2009).

2.    Jelaskan prinsip kerja larutan penyangga!
Larutan buffer merupakan campuran asam lemah dengan salah satu garamnya yang larut
dan berasal dari basa kuat atau basa lemah dengan salah satu garamnya yang larut dan
berasal dari asam kuat. Larutan penyangga mengandung komponen asam dengan basa
konjugasinya dan basa dengan asam konjugasinya, sehingga dapat mengikat baik ion H+
maupun ion OH-. Jika kemudian ditambahkan asam, pH tidak akan menurun, sedangkan
bilabasa yang ditambahkan, pH tidak akan meningkat (Sumardjo, 2009).

3. Sebutkan 3 jenis larutan penyangga!
Terdapat 3 jenis larutan penyangga yaitu :
1.      Buffer yang kapasitasnya 0
2.      Buffer yang kapasitasnya tak hingga
3.      Buffer yang kapasitasnya dibatasi sebanyak n atau disebut sebagai bounded-buffer
(Cairns, 2009).















B.  Diagram Alir
1.      Kalibrasi pH meter
Disiapkan pH meter dan larutan pH 7,00, pH 4,01 dan pH 9,21
 





                                                                           Dihidupkan alat
 



Dibilas elektroda dengan aquades
 



        Dikeringkan dengan tisu


    Dicelupkan dalam larutan pH 7

                                                                       
                                                                        Dipilih mode kalibrasi


Ditunggu selama 1-2 menit sampai pembacaan pH stabil


    Diangkat dan dibilas elektroda dengan aquades


        Dikeringkan dengan tisu


 Dilakukan hal yang sama untuk larutan pH 4,01 kemudian larutan pH 9,21


HASIL
 



















2.      Pengujian Larutan Buffer
a.     
70 mL Larutan NaCl 0,1 M
Pengujian Larutan Buffer NaCl 0,1 M


 



Diukur pH nya
 



            Diambil@20 mL pada 3 gelas beker
20 mL Larutan NaCl 0,1 M
10 mL Larutan NaOH 0,1 M
10 mL Larutan HCl 0,1 M
20 mL Larutan NaCl 0,1 M
 




                                   

    Beaker 1                                          Beaker 2                                            Beaker 3
20 mL Larutan NaCl 0,1 M
20 mL Larutan Aquades
 









    Dicampurkan                                       Dicampurkan                                    Dicampurkan
 






  Diukur pH nya
HASIL
 





















b.     
70 mL larutan campuran
35 mL CH3COOH 0,1 M + 35 mL CH3COONa 0,1 M
10 mL Larutan HCl 0,1 M
20 mL Larutan campuran
20 mL Larutan campuran
20 mL Larutan Aquades
20 mL Larutan campuran
10 mL Larutan NaOH 0,1 M
Pengujian Larutan Buffer CH3COOH 0,1 M dan CH3COONa 0,1 M




                                        Dicampur





                                     Diukur pH nya


                       Diambil @20 mL pada 3 gelas beker




   Beker I                                                Beker II                                            Beker III








Dicampur                                            Dicampur                                           Dicampur




HASIL
Diukur pH nya















c.       Pengujian Larutan Buffer NH3 0,1 M dan NH4Cl 0,1 M
35 mL NH3 0,1 M + 35 mL NH4Cl 0,1 M


 


Dicampur
70 mL larutan campuran
20 mL Larutan campuran
10 mL Larutan NaOH 0,1 M
HASIL
10 mL Larutan HCl 0,1 M
20 mL Larutan campuran
 






Diukur pH nya


Diambil @20 mL pada 3 gelas beker







Beker I                                    Beker II                                                           Beker III

20 mL Larutan Aquades
20 mL Larutan campuran
 







Dicampur                                  Dicampur                                              Dicampur




Diukur pH nya












3.    Hasil dan Pembahasan
1.    Tulislah data hasil praktikum pada tabel berikut ini

No
Jenis Buffer
Larutan
pH Awal
Penambahan Asam / Basa
pH Akhir
pH meter
Lakmus
Larutan
Jumlah (ml)
pH meter
Lakmus
1
Garam
NaCl 0,1 M
7,84
Tetap merah
HCl 0,01 M
10
2,08
Tetap merah
NaOH 0,01 M
10
10,82
Biru
Aquades
20
7,27
Tetap merah
2
Buffer Asetat
CH3COOH 0,1 M + CH3COONa 0,1 M
4,08
Merah
HCl 0,01 M
10
3,78
Merah
NaOH 0,01 M
10
4,33
Merah / Biru
Aquades
20
4,17
Merah
3
Buffer Salmiak
NH3 0,1 M + NH4Cl 0,1 M
11,64
Biru
HCl 0,01 M
10
11
Biru
NaOH 0,01 M
10
11,56
Biru
Aquades
20
11,18
Biru


2.    Apakah yang terjadi saat larutan penyangga ditambahkan sedikit asam atau basa? Jelaskan!
       Yang terjadi saat larutan penyangga ditambahkan sedikit asam atau basa adalah pH larutan penyangga tersebut hanya berubah sedikit. Hal ini dikarenakan prinsip kerja larutan penyangga itu sendiri. Ketika ion hidrogen ditambahkan pada larutan penyangga, ion tersebut akan ternetralisasi oleh basa di dalam larutan penyangga. Ion hidroksida juga akan ternetralisasi oleh asam. Reaksi netralisasi tersebut tidak akan memberikan pengaruh yang banyak terhadap pH larutan penyangga. Larutan penyangga atau larutan buffer atau larutan dapar merupakan suatu larutan yang dapat menahan perubahan pH yang besar ketika ion-ion hydrogen atau hidroksida ditambahkan, atau ketika larutan itu diencerkan (Muchtaridi, 2006).
3.    Jelaskan bagaimana cara kerja pengukuran pH menggunakan  pH meter!
       Cara kerja pengukuran pH menggunakan pH meter adalah mengatur pH dari suatu cairan melalui probe (elektrode gelas) yang terhubung ke meteran elektronik yang mengukur dan menampilkan pH. Aktivitas ion hidrogen yang mengelilingi dinding tipis kaca bola lampu di ujung-ujung elektroda yang kemudian menghasilkan tegangan kecil yaitu sekitar 0,06 V/ pH unit yang diukur dan ditampilkan sebagai pH unit.
4.    Jelaskan bagaimana cara kerja pengukuran pH menggunakan  kertas lakmus!
       Perubahan warna yang mampu dihasilkan oleh kertas lakmus sebenarnya disebabkan karena adanya orchein (ekstrak lichenes) yang berwarna biru di dalam kertas lakmus.
Lakmus biru dibuat dengan menambahkan ektrak lamus yang berwarna biru ke dalam kertas putih. Kertas akan menyerap ekstrak lakmus yang selanjutnya dikeringkan dalam udara terbuka, sehingga dihasilkan kertas lakmus biru.Kertas lakmus biru pada larutan yang bersifat basa akan tetap biru, karena orchein merupakan anion, sehingga tidak akan bereaksi dengan anion (OH-).
       Kertas lakmus merah dibuat dengan proses yang sama dengan pembuatan kertas lakmus biru, tetapi ditambahkan sedikit asam sulfat atau asam klorida agar warnanya menjadi merah. Sehingga mekanisme reaksi orchein pada suasana asam akan kembali terjadi. Apabila ketas lakmus merah dimasukkan ke dalam larutan yang bersifat asam, warnanya akan tetap merah karena lakmus merah memang merupakan orchein dalam suasana asam. Sedangkan, apabila kertas lakmus merah ditambahkan larutan yang bersifat basa, maka orchein yang berwarna biru akan kembali terbentuk (Suyatno, 2008).
       Cara kerja kertas ini adalah dengan cara mencelupkan kertas kedalam cairan yang akan diukur. Jika kertas berubah menjadi merah berarti menunjukkan cairan tersebut bersifat asam (PH < 7,0). Jika kertas lakmus berubah menjadi biru maka cairan tersebut bersifat basa (PH >7,0).
5.    Jelaskan salah satu contoh penggunaan larutan penyangga di ilmu pangan!
       Salah satu contoh penggunaan larutan penyangga di ilmu pangan adalah penggunaan asam sitrat pada pengawetan sari buah. Penggunaan utama asam sitrat saat ini adalah sebagai zat pemberi cita rasa dan pengawet makanan dan minuman, terutama minuman ringan.
6.    Sebanyak 50 mL larutan NH3 0,1 M (Kb = 10–5) dicampur dengan 100 mL larutan NH4Cl 0,5 M. Hitunglah pH larutan tersebut!
[OH-] = kb x
[OH-] = 10-5 x
          = 10-6
pOH  = 6
pH     = 8
Jadi pH larutan tersebut adalah pH 8.
7.    Tentukan pH larutan penyangga yang dibuat dengan mencampurkan 50 mL larutan CH3COOH 0,1 M dengan 50 mL larutan NaCH3COO 0,1 M. (KaCH3COOH = 1,8 × 10–5)
[H+] = ka x
        = 1,8 x 10-5 x
        = 1,8 x 10-5
pH   = 5 – log 1,8
       = 4,75

Komponen

Nilai

Pre-test

 

Aktivitas

 

Hasil dan Pembahasan

 




TINJAUAN PUSTAKA

1.      Pengertian dan Prinsip Larutan Penyangga
Larutan penyangga atau larutan buffer atau dapar merupakan suatu larutan yang dapat mempertahankan nilai pH tertentu. Adapun sifat yang paling menonjol dari larutan penyangga ini seperti pH larutan penyangga hanya berubah sedikit pada penambahan sedikit asam kuat.Disamping itu larutan penyangga merupakan larutan yang dibentuk oleh reaksi suatu asam lemah dengan basa konjugatnya ataupun oleh basa lemah dengan asam konjugatnya.Reaksi ini disebut sebagai reaksi asam-basa konjugasi.Disamping itu mempunyai sifat berbeda dengan komponen-komponen pembentuknya (Gandjar, 2007).
2.      Rumus Perhitungan pH Buffer Asam dan Basa
Ø  Perhitungan pH buffer Asam
pH = pKa + log
Dengan Ka = tetapan ionisasi asam lemah; pKa = -log Ka
[g] = konsentrasi molar garam
[a] = konsentrasi molar asam
Ø  Perhitungan pH buffer basa
pH = pKb + log
dengan Kb = tetapan ionisasi basa lemah; pKb = -log Kb
[g] = konsentrasi molar garam
[b] = konsentrasi molar basa
(Sumardjo, 2009).
3.      Jenis Buffer
Ø  Buffer Salmiak
Buffer salmiak adalah jenis larutan buffer yang terdiri dari basa lemah NH4OH dan asam konjugasinya NH4Cl.
Ø  Buffer Asetat
Buffer asetat adalah jenis larutan buffer yang terdiri dari asam lemah CH3COOH dan basa konjugasinya CH3COONa (Gandjar, 2007).
4.      Tinjauan Bahan
Ø  HCl (Asam klorida)
HCl merupakan asam kuat yang dapat berdisosiasi melepaskan satu H+ hanya sekali. HCl termasuk ke dalam elektrolit kuat yang mana jenis zat terlarutnya berupa senyawa ion dan berbentuk cair dengan tingkat keasaman (pKa) -8,0.
HCl + H2O        Cl- + H3O+
Jika melarutkan gas HCl ke dalam air, HCl tersebut akan bereaksi dengan molekul air dan memberikan sebuah proton kepada molekul air. Reaksi ini terjadi hingga kondisi sempurna, yang berarti bahwa reaktan akan berubah menjadi produk sampai semua habis digunakan selama reaksi berlangsung (James, 2006).
Ø  NaOH(Natrium hidroksida)
Natrium hidroksida terbentuk dari oksida basa berbentuk padatan.Natrium hidroksida dilarutkan dalam air.Natrium hidroksida membentuk larutan kalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air.NaOH termasuk ke dalam elektrolit kuat yang mana jenis zat terlarutnya berupa senyawa ion. Natrium hidroksida memiliki tingkat kebasaan (pKb) ± -2,43.
NaOH       Na+ + OH-
NaOH adalah basa kuat yang terdapat ion OH- di dalamnya. NaOH tersebut merupakan suatu garam, yang akan terdisosiasi sempurna menjadi ion (James, 2006).
Ø  NaCl (Natrium klorida)
NaCl termasuk ke dalam elektrolit kuat yang jenis zat terlarutnya berupa senyawa ion.Larutan garam ini bersifat netral.Sebagai contoh, reaksi netralisasi antara NaOH dan HCl menghasilkan garam NaCl.Di dalam air, NaCl terionisasi sempurna menghasilkan ion Na+ dan Cl-.
NaOH(aq) + HCl(aq)           NaCl(aq)+ H2O(l)
Basa kuat   asam kuat      netral
NaCl(aq)Na+(aq) + Cl-(aq)
Ion Na+ berasal dari basa kuat dan ion Cl- juga berasal dari asam kuat. Jadi kedua ion tersebut merupakan asam dan basa Brownsted-Lowry lemah sehingga keduanya tidak bereaksi dengan air (tidak terhidrolisis). Oleh karena itu larutan bersifat netral atau pH = 7 (Sumardjo, 2009).
Ø  CH3COONa (Natrium asetat)
Natrium asetat atau natrium etanoat (jarang digunakan) adalah garam natrium dari asam asetat. CH3COONa adalah basa konjugasi yang jika dicampur dengan CH3COOH akan membentuk larutan penyangga asam (James, 2006).
Ø  CH3COOH (Asam asetat)
Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana, setelah asam format.Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam lemah, artinya hanya berdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-.Dalam industri makanan, asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman.CH3COOH adalah elektrolit lemah yang jenis zat terlarutnya berupa senyawa kovalen polar terurai sebagian (Sumardjo, 2009).
Ø  NH3(Ammonia)
Ammonia adalah senyawa kimia dengan rumus NH3.Biasanya senyawa ini didapati berupa gas dengan bau tajam yang khas (disebut bau ammonia).NH3 termasuk ke dalam elektrolit lemah yang jenis zat terlarutnya berupa senyawa kovalen polar terurai sebagian (Sumardjo, 2009).
Ø  NH4Cl (Amonium klorida)
Larutan garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah ini bersifat asam.Garam ini terbentuk dari hasil reaksi netralisasi antara NH3 dan HCl dan di dalam air terionisasi sempurna menghasilkan ion NH4+ dan Cl-.
NH3(aq) + HCl(aq)         NaCl(aq) + H2O(l)
Basa lemah  asam kuat    netral
NH4Cl(aq)        NH4+(aq) + Cl-(aq)
Ion Cl- berasal dari asam kuat, merupakan basa Brownsted-Lowry lemah sehingga tidak bereaksi dengan air (tidak mampu menarik ion H+), sedangkan ion NH4+ berasal dari basa lemah, jadi merupakan asam Brownsted-Lowry kuat sehingga dapat bereaksi dengan air (terhidrolisis) atau memberikan ion H+ kepada air.
NH4+(aq) + H2O(l)            NH3(aq) + H3O+(l)
Karena ion NH4+ dapat memberikan ion H+ kepada air maka larutan menjadi bersifat asam dan diketahui harga Ka (konstanta ionisasi asam) dari kesetimbangan di atas adalah 5,6 x 10-10. NH4Cl termasuk ke dalam elektrolit lemah yang jenis zat terlarutnya berupa senyawa kovalen polar terurai sebagian (James, 2006).

















DAFTAR PUSTAKA



Cairns, Donald. 2009. Essentials of Pharmaceutical Chemistry, 2ndEd. London : Pharmaceutical
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga
Gandjar, I. G. 2007. Kimia Analisa Farmasi. Yogyakarta : Pustaka Belajar
James, Joyce dkk. 2006. Principles of Science for Nurses. Oxford : Blackwell Publishing Company
Martinsen, Orjan G., Sverre Grimnes. 2011. Bioimpedance and Bioelectricity Basics Second Edition. USA: Academic Press
Muchtaridi, Justiana, Sandri. 2006. KIMIA 2. Jakarta: Yudhistira
Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC



















ANALISA PROSEDUR
Dalam praktikum ini, terdapat 4 jenis praktikum yang telah dilakukan. Praktikum pertama dengan melakukan kalibrasi pH meter, yang kedua menguji larutan buffer dar NaCl 0,1 M, ketiga menguji larutan buffer asetat 0,1 M, dan menguji larutan buffer salmiak 0,1 M. Adapun alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah sebagai berikut.
a.       Pipet ukur 10 ml
Pipet ukur 10 ml digunakan untuk mengambil larutan dengan volume 10 ml.
b.      Pipet ukur 1 ml
Pipet ukur 1 ml digunakan untuk mengambil larutan dengan volume 1 ml.
c.       Gelas ukur 50 ml
Gelas ukur 50 ml digunakan untuk mengukur volume zat kimia dalam bentuk cair sebanyak 50 ml.
d.      Labu takar 100 ml
Labu takar digunakan untuk menakar volume zat kimia dalam bentuk cair pada proses preparasi larutan dengan sebanyak 100 ml.
e.       Pipet tetes
Pipet tetes ini berfungsi untuk mengambil cairan dalam skala tetesan kecil.
f.        Kertas lakmus
Kertas lakmus ini berfungsi untuk menentukan larutan tersebut asam, basa, atau netral hanya dengan mengamati perubahan warna yang terjadi pada kertas lakmus ini.
g.      Timbangan analitik
Timbangan analitik digunakan untuk menimbang massa suatu zat.
h.      pH meter
Selain itu, reagen-reagen yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.
a.       NaCl
NaCl merupakan garam netral dengan pH 7,00. Hal ini dikarenakan pada garam NaCl basa konjugat dari asam kuat tidak memiliki afinitas terhadap proton dibandingkan dengan molekul air dan asam konjugat tidak memiliki afinitas electron dibandingkan dengan molekul air. Afinitas electron adalah kemampuan unsure senyawa untuk menyerap elektron. Semakin besar penyerapan electron, maka akan bernilai negatif.
b.      CH3COOH
CH3COOH merupakan asam lemah yang hanya sedikit terurai menjadi ion. Kesetimbangan antara molekul CH3COOH dikarenakan dalam larutan terbentuk menjadi ion CH3COO- dan H+. Fungsi dari CH3COOH adalah sebagai larutan asam yang dicampurkan dengan garam natrium asetat membentuk penyangga asetat.
c.       CH3COONa
CH3COONa mempunyai nilai pH lebih dari 7,00. Fungsi dari larutan ini adalah sebagai larutan yang dicampurkan dengan larutan CH3COOH membentuk buffer asetat.
d.      NH3
NH3 merupakan larutan basa jika dilarutkan dalam air karena NH3 bersifat sebagai akseptor atau pemberi proton. Berikut adalah reaksi kimianya.
NH3 + H2O à NH4+ + OH-
Fungsi dari reagen ini adalah sebagai basa lemah yang dicampurkan dengan NH4Cl membentuk buffer salmiak.
e.       NH4Cl
NH4Cl merupakan garam yang bersifat asam yang mempunyai pH kurang dari 7,00. Fungsi dari reagen ini adalah sebagai garam yang bersifat asam dicampurkan dengan NH3 membentuk buffer salmiak.
f.        HCl
HCl merupakan asam kuat untuk mengukur kapasitas buffer.
g.      NaOH
NaOH merupakan basa kuat untuk media pengukur kapasitas buffer.
Setelah menyiapkan alat dan reagen yang akan digunakan, maka tahapan dalam praktikum sebagai berikut.
1.      Kalibrasi pH meter dan Larutan pH 7,00, pH 4,01, dan pH 9, 21
Kalibrasi merupakan bagian dari pemeliharaan alat, yang bertujuan untuk memastikan bahwa hasil pengukuran dari alat tersebut dapat diterima dan masuk dalam rentang validasi yang diperlukan. Kalibrasi pH meter harus dilakukan secara rutin, setiap kali akan menggunakan. Agar alat senantiasa terkalibrasi, perlu dilakukan perawatan terhadap alat tersebut secara rutin. Komponen utama dalam pH meter adalah Probe atau Elektroda. Komponen ini merupakan bagian penting dari pH meter. Elektroda adalah batang seperti struktur biasanya terbuat dari kaca. Pada bagian bawah elektroda terdapat sebuah bola lampu, Bola lampu tersebut merupakan bagian sensitif dari probe yang berisi sensor. Untuk mengukur pH larutan, elektroda dicelupkan ke dalam larutan. Selain elektroda, komponen lainnya pada pH meter adalah meteran elektronik yang akan menampilkan hasil pengukuran pH secara digital, stirrer yang didalamnya ada magnet dan dapat memutan komponen putih di dalam larutan buffer pada saat kalibrasi. Disamping itu, terdapat 3 kabel yang terhubung ke meteran elektronik, elektroda, dan strirrer.
Langkah pertama dalam pengkalibrasian pH meter ini adalah dengan menghidupkan pH meter itu sendiri. Setelah itu, membilas elektroda dengan aquades secara merata agar steril dan bilas  berkali-kali dengan menggunakan botol semprot (gunakan gelas kimia 250 mL untuk menampung air sisa semprotan). Setelah pembilasan, maka dilakukan pengeringan dengan menggunakan tissue dengan gerakan searah dan secara perlahan-lahan (pastikan elektroda kering). Kemudian mencelupkan elektroda tersebut ke dalam larutan dengan pH 7,00 (dalam gelas kimia 100 mL atau langsung dalam botol kecil) beberapa saat (untuk mencapai kesetimbangan). Digunakan larutan dengan pH 7 terlebih dahulu dikarenakan agar elektroda tidak kaget ketika dicelupkan larutan asam ataupun basa. Kemudian memilih mode kalibrasi. Setelah itu menunggu hasil pH unit bebrapa menit, maka didapatkan pH 7,00. Selanjutnya elektroda dicelupkan pada larutan 4,01 dan 9,21. Tetapi sebelumnya, setiap akan memindahkan elektroda dari satu larutan ke larutan yang lain, elektroda harus dibilas dengan aquades dan dikeringkan dengan tisu terlebih dahulu. Setelah pH meter dikalibrasi, maka pH meter tersebut sudah bisa digunakan.

2.      Pengujian Larutan Buffer
a.      Pengujian Larutan Buffer NaCl 0,1 M
Praktikum ini dibutuhkan sebanyak 70 ml larutan NaCl 0,1 M. Selanjutnya menguji pH awal larutan terlebih dahulu. Kemudian dilanjutkan dengan membagi larutan tersebut ke dalam 3 beaker glass masing-masing sebanyak 20 ml. Ketiga beaker glass tersebut ditambahkan larutan tertentu untuk menguji bahwa NaCl merupakan larutan penyangga. Pada beaker glass pertama ditambahkan 10 ml HCl 0,1 M , pada beaker glass kedua ditambahkan 10 ml NaOH 0,1 M, dan beaker glass ketiga ditambahkan 20 ml aquades. Selanjutnya menghomogenkan ketiga larutan tersebut dengan mengaduk menggunakan batang pengaduk. Setelah itu dilanjutkan dengan menguji pH ketiga larutan tersebut dengan menggunakan lakmus dan pH meter serta mencatat pH yang ditampilkan oleh pH meter tersebut.
b.      Pengujian Larutan Buffer CH3COOH 0,1 M dan CH3COONa 0,1 M
Pada praktikum ini dilakukan pengujian larutan penyangga asetat dengan membutuhkan 70 ml larutan penyangga asetat. Larutan tersebut dapat dibuat dengan mencampurkan 35 ml CH3COOH 0,1 M dan 35 ml CH3COONa 0,1 M. 70 ml larutan penyangga asetat tersebut diuji pH awalnya terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan membaginya ke dalam 3 beaker glass masing-masing sebanyak 20 ml. Pada ketiga baker gelas tersebut ditambahkan larutan tertentu untuk menguji bahwa larutan penyangga asetat merupakan larutan penyangga atau tidak. Pada beaker glass pertama ditambahkan 10 ml HCl 0,1 M , pada beaker glass kedua ditambahkan 10 ml NaOH 0,1 M, dan beaker glass ketiga ditambahkan dengan 20 ml aquades. Kemudian dihomogenkan ketiga larutan tersebut dengan mengadukknya menggunakan batang pengaduk. Setelah itu, menguji pH ketiga larutan tersebut menggunakan kertas lakmus dan pH meter serta mencatat hasil yang telah ditampilkan oleh pH meter.
c.       Pengujian Larutan Buffer NH3 0,1 M dan NH4Cl 0,1 M
Praktikum ini dibutuhkan 70 ml larutan penyangga salmiak. Larutan tersebut dapat dibuat dengan mencampurkan 35 ml NH3 0,1 M dan 35 ml NH4Cl 0,1 M. 70 ml larutan penyangga salmiak yang diperoleh tersebut diuji pH awalnya terlebih dahulu. Kemudian dilanjutkan dengan membaginya ke dalam 3 beaker glass masing-masing sebanyak 20 ml. Pada ketiga beaker glass ditambahkan larutan tertentu untuk menguji bahwa larutan penyangga salmiak merupakan larutan penyangga. Pada beaker glass pertama ditambahkan 10 ml HCl 0,1 M , pada beaker glass kedua ditambahkan 10 ml NaOH 0,1 M, dan beaker glass ketiga ditambahkan 20 ml aquades. Selanjutnya dihomogenkan ketiga larutan tersebut dengan mengaduk menggunakan batang pengaduk. Setelah itu, menguji pH ketiga larutan tersebut dengan menggunakan kertas lakmus dan pH meter kemudian mencatat hasil yang ditampilkan oleh pH meter.












ANALISA HASIL
Dari ketiga jenis praktikum pengujian larutan penyangga, berikut adalah tabel hasil praktikum:
No
Jenis Buffer
Larutan
pH Awal
Penambahan Asam / Basa
pH Akhir
pH meter
Lakmus
Larutan
Jumlah (ml)
pH meter
Lakmus
1
Garam
NaCl 0,1 M
7,84
Tetap merah
HCl 0,01 M
10
2,08
Tetap merah
NaOH 0,01 M
10
10,82
Biru
Aquades
20
7,27
Tetap merah
2
Buffer Asetat
CH3COOH 0,1 M + CH3COONa 0,1 M
4,08
Merah
HCl 0,01 M
10
3,78
Merah
NaOH 0,01 M
10
4,33
Merah / Biru
Aquades
20
4,17
Merah
3
Buffer Salmiak
NH3 0,1 M + NH4Cl 0,1 M
11,64
Biru
HCl 0,01 M
10
11
Biru
NaOH 0,01 M
10
11,56
Biru
Aquades
20
11,18
Biru

Dari tabel di atas, dapat diketahui pH awal dan warna lakmus dari ruap-tiap larutan (NaCl 0,1 M, CH3COOH 0,1 M + CH3COONa 0,1 M, dan NH3 0,1 M + NH4Cl 0,1 M). Selain itu, dapat diketahui pH akhir dan warna lakmus akhir setelah ditambahkan tiga jenis larutan berbeda pada masing-masing larutan baik itu penambahan asam maupun penambahan basa
1.      Pengujian Larutan Buffer NaCl 0,1 M
Pengujian larutan pertama yaitu NaCl yang memiliki pH awal 7,84 dengan warna kertas lakmus merah, berubah pHnya menjadi 2,08 dengan warna lakmus tetap merah ketika ditambahkan 10 ml HCl 0,1 M. Kemudian pHnya berubah menjadi 10,82 dan apabila dicelupkan kertas lakmus berubah berwarna biru ketika ditambah dengan 10 ml NaOH 0,1 M. Kemudian ketika ditambahkan 20 ml aquades, pHnya menjadi 7,27 dengan warna kertas lakmus tetep merah. Berdasarkan data hasil pengamatan tersebut, larutan NaCl bukan larutan penyangga karena tidak dapat mempertahankan nilai pH pada saat ditambahkan asam, basa, dan dilakukan pengenceran. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa larutan NaCl bukan merupakan larutan penyangga (Martinsen, 2011).
2.      Pengujian Larutan Buffer CH3COOH 0,1 M dan CH3COONa 0,1 M
Pengujian larutan kedua yaitu campuran larutan CH3COOH 0,1 M dan CH3COONa 0,1 M yang memiliki pH awal 4,08 dengan warna kertas lakmus merah apabila kertas lakmus dicelupkan ke dalam larutan tersebut. pH larutan tersebut berubah menjadi 3,78 dengan warna lakmus tetap merah ketika ditambahkan 10 ml larutan HCl 0,1 M. Kemudian pH berubah menjadi 4,33 dengan warna kertas lakmus tetap merah ketika ditambahkan dengan 10 ml larutan NaOH 0,1 M. Dan ketika ditambahkan 20 ml aquades, pHnya berubah menjadi 4,17 dengan warna lakmus tetep merah. Berdasarkan hasil tersebut, larutan CH3COOH 0,1 M + CH3COONa 0,1 M merupakan larutan penyangga karena dapat mempertahankan nilai pH di kisaran pH awal (4,08) pada saat ditambahkan asam, basa, dan dilakukan pengenceran. Dalam buku “Pengantar Kimia” oleh Sumardjo, disebutkan bahwa perhitungan pH dari 1 liter larutan mengandung 0,2 M CH3COOH dan 0,2 M CH3COONa dengan Ka CH3COOH = 1,8 x 10-5 memiliki pH 4,47. Apabila ditambahkan 1 ml 0,1 M HCl, pH larutan tersebut menjadi 4,74 (Sumardjo, 2009). Berdasarkan perhitungan dari percobaan yang dilakukan memiliki konsep yang sama pada buku tersebut. Yang membedakan hanya volume dan molar, sehingga hasil yang didapatpun berbeda. Dengan demikian, hasil praktikum ini menunjukkan kesesuaian dengan literatur yang menyebutkan bahwa larutan buffer asetat merupakan larutan yang bersifat asam dan dapat mempertahankan pHnya meskipun ditambahkan sedikit asam atau basa (Gandjar, 2007).
3.      Pengujian Larutan Buffer NH3 0,1 M dan NH4Cl 0,1 M
Pengujian larutan ketiga yaitu larutan NH3 0,1 M dan NH4Cl 0,1 M  yang memiliki pH awal 11,64 dengan warna kertas lakmus biru bila dicelupkan ke dalam larutan tersebut. pH dari larutan tersebut berubah menjadi 11 dengan warna kertas lakmus tetap biru ketika ditambahkan 10 ml HCl 0,1 M. Selanjutnya pH larutan berubah menjadi 11,56 dengan warna lakmus tetap biru ketika ditambahkan dengan 10 ml NaOH 0,1 M. Dan ketika ditambah 20 ml aquades, pHnya berubah menjadi 11,18 dengan warna lakmus tetep biru. Berdasarkan hasil tersebut, larutan NH3 0,1 M dan NH4Cl 0,1 M merupakan larutan penyangga (buffer salmiak) karena dapat mempertahankan nilai pH di kisaran pH awal (11,64) pada saat ditambahkan asam, basa, dan dilakukan pengenceran (Gandjar, 2007).
KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1.      Larutan penyangga atau larutan buffer atau dapar merupakan suatu larutan yang dapat mempertahankan nilai pH tertentu. sifat larutan penyangga adalah dapat mempertahankan pHnya ketika ditambahkan sedikit asam kuat atau basa kuat.
2.      Cara kerja pengukuran pH menggunakan pH meter adalah mengatur pH dari suatu cairan melalui probe (elektrode gelas) yang terhubung ke meteran elektronik yang mengukur dan menampilkan pH. Aktivitas ion hidrogen yang mengelilingi dinding tipis kaca bola lampu di ujung-ujung elektroda yang kemudian menghasilkan tegangan kecil yaitu sekitar 0,06 V/ pH unit yang diukur dan ditampilkan sebagai pH unit.
3.      Cara kerja kertas lakmus adalah dengan cara mencelupkan kertas kedalam cairan yang akan diukur. Jika kertas berubah menjadi merah berarti menunjukkan cairan tersebut bersifat asam (PH < 7,0). Jika kertas lakmus berubah menjadi biru maka cairan tersebut bersifat basa (PH >7,0).
4.      Pada praktikum pengujian pH menggunakan pH meter, larutan NaCl yang ditambahkan dengan 10 ml larutan HCl 0,01 M mempunyai pH sebesar 2,55. Apabila ditambahkan dengan 10 ml larutan NaOH 0,01 M didapatkan pH sebesar 11,02. Dan jika ditambahkan dengan 20 ml aquades didapatkan pH sebesar 7,82. Untuk praktikum pengujian pH menggunakan pH meter, larutan buffer asetat yang ditambahkan dengan 10 ml larutan HCl 0,01 M mempunyai pH sebesar 3,78. Apabila ditambahkan dengan 10 ml larutan NaOH 0,01 M mempunyai pH sebesar 4,33. Dan jika ditambahkan dengan 20 ml aquades mempunyai pH sebesar 4,17. Dan pada praktikum pengujian pH menggunakan pH meter, larutan buffer salmiak yang ditambahkan dengan 10 ml larutan HCl 0,01 M didapatkan pH sebesar 11. Apabila ditambahkan dengan 10 ml larutan NaOH 0,01 M didapatkan pH sebesar 11,56; dan jika ditambahkan dengan 20 ml aquades didapatkan pH sebesar 11,18.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spektrofotometer

Nama Sri Handayani N NIM 145100600111013 Kelas H Kelompok H1 BAB V I PENENTUAN ...