Nama
|
Sri HandayaniNofiyanti
|
NIM
|
145100600111013
|
Kelas
|
H
|
Kelompok
|
H1
|
BAB
II
PEMBUATAN DAN PENGENCERAN LARUTAN
TUJUAN:
·
Membuat
larutan dengan konsentrasi tertentu
·
Mengencerkan
larutan dengan konsentrasi tertentu
A. PRE-LAB
1. Jelaskan perbedaan molaritas, molalitas dan
normalitas?
a)
Molaritas
(M) adalahsuatujumlahmolzatterlarutsetiap1L
larutan. Molaritasdinyatakandalamsatuan
molar.
Rumus : Molaritas (M) =
(Brown, 2014).
b)
Molalitas
(m) menyatakansuatubesarankonsentrasilarutan yang menyatakanbanyaknyamolzatterlarut dalam 1000 g pelarut. Molalitas dinyatakan
dalam satuan molal.
Rumus : Molalitas (m) =
(Chang, 2005).
c)
Normalitas (N)
menentukan jumlah setara gram ekuivalen zat terlarut dalam 1 liter larutan(Tan,
2011).
|
2.
Jelaskan perbedaan
satuan konsentrasi dalam molar (M), normal (N), %(b/v), %(v/v), %(b/b),
ppm,dan ppb !
a)
Molar (M) : satuan untuk menyatakan jumlah mol zatterlarut untuk tiap liter larutan.
b)
Normal (N) : satuan untuk menyatakan banyak gram ekuivalen zat terlarut setiap 1L larutan (eq/L).
c)
%(b/v) : satuan untuk menyatakan persentase jumlah zat terlarutdalam 100 mL larutan (gr/mL).
d)
%(v/v) :satuan untuk menyatakan persentase volume zat terlarutdalam
100 mL larutan (mL).
e)
(% b/b): satuan untuk menyatakan pensentase berat zat terlarutdalam 100 gr larutan.
f)
Parts per million (ppm) :
satubagianzatpelarutdalam 1 jutabagianlarutan (mg/kg)
g)
Parts per billion (ppb) :
satubagianzatterlarutdalam 1 miliarbagianlarutan (mg/kg)
(Chang, 2005)
|
3. Jelaskan
perbedaan pengenceran larutan HCl dan H2SO4 dari
larutan pekatnya!
a)
Pengenceran larutan HCl
dari larutan pekatnya :
·
Penambahan zat pelarut
(air atau aquades) ke dalam larutan HCl pekat secara perlahan
·
Larutan HCl dapat
mengalami perubahan suhu
b)
Pengenceran larutan H2SO4
dari larutan pekatnya :
·
Penambahan larutan H2SO4
pekat ke dalam air
·
Larutan H2SO4
tidak mengalami perubahan suhu
·
Reaktif terhadap air
(Ansel, 2004.)
|
TINJAUAN PUSTAKA
1.
Pengertian Dan Sifat-Sifat Larutan
a.
Pengertian
Larutan adalah campuran
homogen antara dua zat. Suatu campuran dikatakan homogen karena susunannya
seragam tidak teramati adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan
mikroskop optik.
Larutan (solution) terdiri zat pelarut (solvent) dan satu atau lebih zat
terlarut (solute). Pelarut adalah
medium tempat suatu zat lain melarut. Pelarut dikenal juga sebagai zat
pendispersi, yaitu tempat menyebarnya partikel-partikel zat terlarut. Zat
terlarut adalah zat yang terdispersi di dalam pelarut.
Fase larutan yaitu solvent
atau solute dapat berupa gas, zat cair, atau zat padat. Semua gas dapat
bercampur dengan sesamanya. Oleh karena itu, semua campuran gas adalah larutan.
Cairan pada umumnya dapat melarutkan berbagai macam padatan, cairan lain, dan
gas membentuk larutan.
Perbedaan antara pelarut
dan zat terlarut sebenarnya relatif. Suatu zat pada saat tertentu dapat berupa
zat terlarut dan pada saat yang lain berupa zat pelarut. Biasanya kita menyebut
zat yang paling banyak sebagai pelarut dan yang sedikit sebagai zat terlarut.
Misalnya, dalam alkohol 15%, alkohol merupakan zat terlarut dan air merupakan
pelarut. Dalam alkohol 80%, alkohol merupakan pelarut dan air merupakan zat
terlarut.
Kepekatan suatu larutan
adalah jumlah zat yang terlarut dalam suatu larutan. Larutan pekat adalah larutan
yang memiliki kepekatan tinggi, yaitu larutan yang mengandung cukup banyak zat
terlarut per satuan jumlah larutan. Larutan encer adalah larutan yang memiliki
kepekatan rendah, yaitu larutan yang di dalamnya mengandung sedikit zat
terlarut (Sumardjo, 2009.)
b.
Sifat-sifat Larutan
Menurut ------- terdapat
beberapa sifat penting larutan bergantung pada banyaknya partikel zat terlarut
dalam larutan dan tidak bergantung pada jenis partikel zat terlarut.
Sifat-sifat ini disebut sifat koligatif (colligative
properties) (atau sifat kolektif) sebab sifat-sifat tersebut memiliki
sumber yang sama; dengan kata lain, semua sifat tersebut bergantung pada
banyaknya partikel zat terlarut yang ada, apakah partikel-partikel tersebut
atom, ion, atau molekul. Ada 4 sifat koligatif larutan ialah penurunan tekanan
uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan osmotik (Chang,
2005).
2.
Pengertian Konsentrasi dan Perhitungan dalam Konsep Larutan
a.
Pengertian Konsentrasi
Konsentrasi larutan
didefinisikan sebagai banyaknya zat terlarut yang terdapat dalam suatu pelarut
dan larutan. Larutan yang mengandung sebgaian besar solut relatif terhadap
pelarut, berarti larutan tersebut konsentrasinya tinggi (pekat). Sebaliknya
apabila mengandung sejumlah kecil solut, maka konsentrasinya rendah (encer)
(Yazid, 2005.)
b.
Perhitungan dalam Konsep Larutan
Terdapat beberapa perhitungan-perhitungan dalam
konsep larutan yaitu sebagai berikut.
·
Persen Massa
Simbol satuan : %(b/b)
%(massa) =
·
Persen Volum
Simbol satuan : %(v/v)
%(volum) =
·
Bagian Per Juta
Simbol satuan : bpj atau ppm
Bpj atau ppm=
·
Molalitas
Simbol satuan : m
Molalitas suatu zat A =
Bentuk lain persamaan di atas :
Molalitas =
ket : Wa; massa zat (dlm gr), Ma; massa molekul relatif A (dlm g/mol), Wp;
Massa pelarut
·
Molaritas
Simbol satuan : M
Molaritas suatu zat A = atau molaritas
suatu zat A=
(Chang, 2005)
3.
Aplikasi Larutan dalam Teknologi Pertanian
·
Dalam bidang Teknologi
Pertanian khususnya Teknologi Hasil Pertanian mempelajari bahan pangan. Bahan
pangan baik berupa buah, sayuran, daging maupun susu banyak mengandung air.
Kandungan air dalam bahan pangan kita menentukan kesegaran dan daya tahan bahan
pangan tersebut. Larutan dalam air dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu
ionik maupun molekuler. Pemanasan air dapat mengurangi daya tarik-menarik antar
molekul air dan memberikan cukup energi kepada molekul-molekul air itu sehingga
dapat mengatasi daya tarik antar molekul gula. Karena itu daya kelarutan pada
bahan pangan yang melibatkan ikatan hidrogen seperti pada gula akan meningkat
dengan meningkatnya suhu (Winarno, 2004).
·
Teori larutan terdapat
pada beberapa aplikasi dalam bidang teknologi pertanian. Salah satu diantaranya
adalah pembuatan hebriseda. Hebriseda adalah suatu jenis senyawa yang
disebarkan pada lahan pertanian untuk memberantas tumbuhan yang menyebabkan
penurunan hasil yang disebabkan oleh gulma. Dalam hebrisida teori larutan
terdapat pada pencampuran hebrisida dengan kualitas air pelarut (Barus, 2004).
·
Selain itu sebagian besar
polisakarida larut di dalam air. Sifat larutan tersebut selain disebabkan
kemampuannya untuk berikatan dengan air melalui gugus hidrosil juga disebabkan
oleh sifat molekulnya yang fleksibel. Polisakarida yang larut air yang banyak
digunakan dalam pengolahan pangan dan industri lain lebih dikenal dengan
sebutan gum atau hidrokoloid. Kebanyakan gum yang diperdagangkan bersifat bubuk
dengan ukuran bervariasi. Beberapa polisakarida dijual dalam bentuk campuran
seperti campuran pektin dan karagenan (Estiasih, 2006).
B. DIAGRAM ALIR
1.
Pembuatan 100 ml larutanNaCl0,1 M
DihitungKonsentrasiLarutan yang Akan Dibuat
NaCl ditimbang dengan Timbangan Analitik
Diletakkan dalam beaker
glass
|
Dilarutkan
Dipindahkan ke
dalam labu takar ukuran 100ml
|
Ditambah hingga
tanda batas
Dihomogenesisasi
2. Pembuatan 100 ml larutanNaCl 100 ppm
|
||||
NaClditimbangdengantimbangananalitik.
Diletakandalamgelasbeker
|
Dilarutkan
Dipindahkankedalamlabutakarukuran
100ml
|
Ditambahkanhinggatandabatas
Dihomogenisasi
|
3. Pembuatan 100 ml larutanetanol 70%
(v/v)
Dihitung volume etanoldenganrumuspengenceran
|
Dipindahkandalamlabutakarukuran 100ml
Ditambahkanhinggatandabatas
Dihomogenkan
|
|
4. Pembuatan
100 ml larutangula 12% (b/v)
Ditimbangsebanyak 12 gram
|
Diletakkandalamgelasbeker
Diadukhinggalarut
|
Dipindahkankedalamlabutakar 100ml
Ditambahkanhinggatandabatas
Dihomogenkan
|
5.
Pembuatan 100 ml larutanHCl 0,1 M darilarutanHCl 37%
PerhitunganKonsentrasiHCl 37% dan volume yang
dibutuhkan
|
Dihitung Volume HCl yang
akandiambildenganrumuspengenceran
|
Diletakkandalamlabuukur yang berukuran 100ml
Ditambahkanhinggatandabatas
Dikocokhinggahomogen
|
DAFTAR
PUSTAKA
Ansel, Howard C., & Shelly J. Prince.
2004. KalkulasiFarmasetik
:PanduanuntukApoteker. Jakarta :PenerbitBukuKedokteran EGC
Barus, Emanuel. 2004. PENGENDALIAN GULMA DI PERKEBUNAN,
EfektivitasdanEfisiensiAplikasiHerbisida. Yogyakarta :PenerbitPercetakanKanisius
Brown, Lawrences., et al. 2014. Chemistry for Engineering Students.USA
:Cengage Learning
Chang,
Raymond. 2005. Kimia Dasar Edisi Ketiga
Jilid 1. Jakarta : Erlangga
Sulistianingsih, Aprilia. 2013. ArtikelLemariAsam. 2 – 3.
Sumardjo, Damin.2009. Pengantar Kimia :Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program
Strata 1 Fakultas Bioeksakta.Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Tan, Kim H. 2011. Principles of Soil Chemistry. USA : Taylor and Francis Group LLC.
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
C. DATA HASIL PRAKTIKUM
Larutan
|
Konsentrasi
|
Solute (zat terlarut) / satuan (g/ml)
|
Solven (pelarut) / satuan (g/ml)
|
NaCl
|
0,1 M
|
0,585 gr
|
100 ml
|
100 ppm
|
0,01 gr
|
100 ml
|
|
Etanol
|
20% (v/v)
|
20,83 ml
|
79,17 ml
|
Gula
|
5% (b/v)
|
5 gr
|
100 ml
|
HCl
|
0,1 M
|
0,96 ml
|
99,04 ml
|
D.
PEMBAHASAN
1. Hal apakah yang harus diperhatikan dalam pembuatan
larutan dari padatan dan cairan (larutan pekat), sebutkan dan jelaskan !
Hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan larutan dari
padatan dan cairan (larutan pekat) adalah solute (zat terlarut) dan solven (zat
pelarut). Jika solute (zat terlarut) berasal dari zat padat, maka yang perlu
diperhatikan adalah proses penambahan solute (zat terlarut) dan solven (zat
pelarut). Jika solute (zat terlarut) berasal dari zat padat dalam jumlah
sedikit, zat padat yang akan diencerkan ditambahkan pada aquades. Namun, jika
solute (zat terlarut) berasal dari zat padat dalam jumlah banyak, zat padat
yang akan diencerkan diambil terlebih dahulu lalu ditambahkan aquades sampai
tanda batas. Setelah mendapatkan molaritasnya, maka dilakukan pengenceran. Untuk
larutan pekat (seperti H2SO4) yang harus diperhatikan
saat penambahan air (aquades) karena saat diencerkan terkadang sejumlah kalor
dilepaskan. Jadi, agar kalor dapat diserap dengan aman, maka H2SO4
pekat tersebut harus ditambahkan ke dalam air, tidak boleh sebaliknya.
2.
Jelaskan
langkah-langkah pembuatan larutan NaCl 10 M dan 100 ppm dari kristal padat
NaCl! Jelaskan langkah kerja pengenceran larutan tersebut menjadi 1 M !
a.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembuatan larutan
NaCl 10 M adalah pertama-tama dengan menghitung massa NaCl dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
M =
10 =
Massa = 58,5 gram
Setelah itu mengambil NaCl sebanyak 58,5 g dengan
terlebih dahulu ditimbang dengan timbangan analitik. Kemudian meletakkan NaCl
yang sudah ditimbang ke dalam beaker glass dan menambahkan aquades secukupnya
untuk kemudian dilarutkan. Setelah itu larutan NaCl pindahkan ke labu ukur dengan
ukuran 100 ml dan menambahkan aquades hingga tanda batas. Langkah terakhir
yaitu dengan menutup labu ukur dan dihomogenisasi dengan cara memegang tutup
dengan telunjuk dan menggerakkan tangan ke atas dan ke bawah hingga kurang
lebih 12 gerakan.
Untuk pengenceran menjadi 1 M (dimisalkan dengan volume
100 ml). Dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.
V1 x M1 = V2
x M2
100 x 1 = V2 x 10
V2 = 10 ml
Dengan demikian, untuk pengenceran 1 M dibutuhkan 90 ml aquades.
b.
Langkah-langkah
yang dilakukan dalam pembuatan larutan NaCl 100 ppm dari kristal padat NaCl
adalah pertama dengan menghitung massa NaCl terlebih dahulu dengan menggunakan
rumus sebagai berikut.
Ppm =
100 =
Massa = 10 mg / 0,01 gram
Setelah itu mengambil NaCl sebanyak 0,01 g dengan
terlebih dahulu ditimbang dengan timbangan analitik. Kemudian meletakkan NaCl
yang sudah ditimbang ke dalam beaker glass dan menambahkan aquades secukupnya
untuk kemudian dilarutkan. Setelah itu larutan NaCl pindahkan ke labu ukur dengan
ukuran 100 ml dan menambahkan aquades hingga tanda batas. Langkah terakhir
yaitu dengan menutup labu ukur dan dihomogenisasi dengan cara memegang tutup
dengan telunjuk dan menggerakkan tangan ke atas dan ke bawah hingga kurang
lebih 12 gerakan.
Untuk pengenceran menjadi 1 M (dimisalkan dengan volume
100 ml) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.
·
Menghitung konsentrasi awal terlebih dahulu
M = x
= x
M =
0,0017 M
·
Rumus pengenceran
M1 x V1 = M2 x V2
1 x 0,1 = 0,0017 x V2
V2 = 58,8 L
Jadi, untuk pengenceran menjadi 1 M dibutuhkan atau
ditambahkan 58,8 L larutan NaCl.
3.
Jelaskan
cara pembuatan larutan 100 ml HCl 0,1 M dari larutan HCl pekat 32% !
Cara pembuatan larutan 100 ml HCl 0,1 M dari larutan HCl
pekat 32% adalah dengan menghitung molaritas HCl 32 % terlebih dahulu dengan
menggunakan rumus sebagai berikut.
M =
=
= 10,43 M
Setelah menghitung molaritas HCl 32% tersebut, maka dapat
dihitung volume (V2) HCl yang akan diencerkan dengan menggunakan
rumus pengenceran sebagai berikut.
M1 x V1 = M2 x V2
10,43 x V1
= 0,1
x 100
V2 = 0,96 ml
Kemudian mengambil
larutan HCl sebanyak 0,96 ml dengan pipet ukur dan meletakkan labu ukur yang berukuran 100 ml. Langkah selanjutnya yaitu menambahkan
aquades pada labu ukur hingga tanda batas 100 ml. Menutup labu
ukur dan mengocok
larutan hingga homogen dengan cara memegang tutup dengan telunjuk dan menggerakkan tangan ke
atas dan ke bawah hingga kurang lebih 12 gerakan.
4. Jelaskan cara pembuatan larutan 50 ml larutan NaCl 100
ppm dari kristal garam NaCl!
Cara pembuatan 50 ml larutan NaCl 100 ppm dari kristal
garam NaCl adalah dimulai dengan menghitung massa NaCl terlebih dahulu dengan
menggunakan rumus sebagai berikut.
Ppm =
100 =
Massa = 5 mg / 0,005 gram
Setelah NaCl diketahui massanya, maka sebanyak 5 mg NaCl
tersebut ditimbang. Sebelum menimbang NaCl, dilakukan pengkalibrasian terhadap timbangan
analitik. Pengkalibrasian ini dilakukan untuk menjaga kondisi instrumen ukur
dan bahan ukur agar tetap sesuai dengan spesefikasinya. Hal tersebut
dikarenakan agar ketika gelas arloji ditempatkan pada neraca timbangan
analitik, tetap dengan perhitungan 0,00 gram. Sehingga perhitungan 5 mg murni
dari massa NaCl. Setelah dikalibrasi, maka NaCl ditimbang diatas gelas arloji
dengan menggunakan timbangan analitik. Setelah ukuran sesuai maka NaCl
dimasukkan ke dalam beaker glass. Langkah selanjutnya adalah menambahkan air
(aquades) secukupnya dan diaduk dengan menggunakan batang pengaduk. Setelah
diaduk, maka larutan tersebut dipindahkan ke labu takar dan ditambahkan aquades
hingga mendekati tanda batas dan dilanjutkan penambahan aquades dengan
menggunakan pipet tetes. Kemudian labu takar ditutup dan dihomogenisasi
sebanyak 12 kali dengan tujuan larutan menjadi homogen.
5.
Jelaskan
cara pembuatan larutan gula 10%(b/v) !
Cara pembuatan larutan gula 10% (b/v) yaitu pertama-tama
deengan menghitung massa gula dengan rumus sebagai berikut.
% b/v =
10% =
Berat zat = 10 gram
Setelah menghitung massa gula, maka dilakukan pengkalibrasian
terhadap timbangan analitik terlebih dahulu. Pengkalibrasian ini dilakukan
untuk menjaga kondisi instrumen ukur dan bahan ukur agar tetap sesuai dengan
spesefikasinya. Hal tersebut dikarenakan agar ketika gelas arloji ditempatkan
pada neraca timbangan analitik, tetap dengan perhitungan 0,00 gram. Sehingga
perhitungan 10 gr murni dari massa gula. Setelah dikalibrasi, maka gula
ditimbang diatas gelas arloji dengan menggunakan timbangan analitik. Setelah
ukuran sesuai maka gula dimasukkan ke dalam beaker glass. Langkah selanjutnya
adalah menambahkan air (aquades) secukupnya dan diaduk dengan menggunakan
batang pengaduk. Setelah larutan tercampur, maka larutan tersebut dipindahkan
ke labu takar dan ditambahkan aquades hingga mendekati tanda batas dan
dilanjutkan penambahan aquades dengan menggunakan pipet tetes. Kemudian labu
takar ditutup dan dihomogenisasi sebanyak 12 kali dengan tujuan larutan menjadi
homogen.
E.
Analisa Prosedur
1.
Pembuatan 100 ml Larutan NaCl 0,1 M
Untuk membuat 100 ml Larutan NaCl 0,1 M
diperlukan perlengkapan sebagai
berikut:
Alat :
-
Gelas Beaker
-
Labu Ukur
-
Pengaduk
-
Timbangan Analitik
-
Gelas Arloji
-
Pipet Tetes
-
Spatula
Bahan :
-
Kristal NaCl
-
Aquades
Mula-mula
menghitung massa NaCl yang
akan dibuat terlebih dahulu
dengan rumus . Setalah dihitung,
maka akan mendapatkan hasil 0,585 gram. Setelah mengetahui massa NaCl dengan menghitung
menggunakan rumus tersebut, langkah selanjutnya yaitu mengkalibrasi timbangan
analitik. Pengkalibrasian ini dilakukan untuk menjaga kondisi instrumen ukur
dan bahan ukur agar tetap sesuai dengan spesefikasinya. Hal tersebut
dikarenakan agar ketika gelas arloji ditempatkan pada neraca timbangan
analitik, tetap dengan perhitungan 0,00 gram. Sehingga perhitungan 58,5 gram
murni dari massa NaCl. Gelas arloji ini digunakan untuk tempat bahan padatan
pada saat menimbang. Setelah dikalibrasi, maka NaCl diambil
menggunakan spatula lalu diletakan diatas gelas arloji yang ada diatas
ditimbangan analitik hingga neraca timbangan analitik menunjukkan angka 0,585. Setelah ukuran sesuai,
maka NaCl dimasukkan ke dalam beaker glass. Langkah selanjutnya adalah
menambahkan air (aquades) secukupnya dan diaduk dengan menggunakan batang
pengaduk. Batang pengaduk ini digunakan untuk mengaduk larutan agar menjadi
lebih homogen. Setelah diaduk, maka larutan tersebut dipindahkan ke labu takar
dan ditambahkan aquades hingga mendekati tanda batas dan dilanjutkan penambahan
aquades dengan menggunakan pipet tetes. Tujuan digunakannya pipet tetes ini
adalah untuk mengambil cairan dalam skala kecil sehingga menjaga agar aquades
yang ditambahkan ke dalam labu ukur tidak melewati tanda batas. Kemudian labu
takar ditutup dan dihomogenisasikan dengan cara memegang tutup dengan
telunjuk dan menggerakkan tangan ke atas dan ke bawah hingga kurang lebih 12
gerakan. Hal ini bertujuan agar larutan menjadi homogen.
2.
Pembuatan 100 ml Larutan
NaCl 100 ppm dari Kristal Padat NaCl
Untuk
membuat 100 ml Larutan NaCl 0,1 M diperlukan perlengkapan sebagai berikut:
Alat
:
-
Gelas Beaker
-
Labu Ukur
-
Pengaduk
-
Timbangan Analitik
-
Gelas Arloji
-
Pipet Tetes
-
Spatula
Bahan
:
-
Kristal NaCl
-
Aquades
Mula-mula menghitung massa
NaCl yang akan dibuat terlebih
dahulu dengan rumus Ppm = . Setalah dihitung, maka
akan mendapatkan hasil 0,01 gram. Setelah mengetahui massa NaCl dengan menghitung menggunakan rumus tersebut,
langkah selanjutnya yaitu mengkalibrasi timbangan analitik. Pengkalibrasian ini
dilakukan untuk menjaga kondisi instrumen ukur dan bahan ukur agar tetap sesuai
dengan spesefikasinya. Hal tersebut dikarenakan agar ketika gelas arloji
ditempatkan pada neraca timbangan analitik, tetap dengan perhitungan 0,00 gram.
Sehingga perhitungan 0,01 gram murni dari massa NaCl. Gelas arloji ini
digunakan untuk tempat bahan padatan pada saat menimbang. Setelah dikalibrasi,
maka NaCl diambil menggunakan spatula lalu
diletakan diatas gelas arloji yang ada diatas ditimbangan analitik hingga
neraca timbangan analitik menunjukkan angka 0,01. Setelah ukuran sesuai, maka NaCl dimasukkan ke
dalam beaker glass. Langkah selanjutnya adalah menambahkan air (aquades)
secukupnya dan diaduk dengan menggunakan batang pengaduk. Batang pengaduk ini
digunakan untuk mengaduk larutan agar menjadi lebih homogen. Setelah diaduk,
maka larutan tersebut dipindahkan ke labu takar dan ditambahkan aquades hingga
mendekati tanda batas dan dilanjutkan penambahan aquades dengan menggunakan
pipet tetes. Tujuan digunakannya pipet tetes ini adalah untuk mengambil cairan
dalam skala kecil sehingga menjaga agar aquades yang ditambahkan ke dalam labu
ukur tidak melewati tanda batas. Kemudian labu takar ditutup dan
dihomogenisasikan dengan cara
memegang tutup dengan telunjuk dan menggerakkan tangan ke atas dan ke bawah
hingga kurang lebih 12 gerakan. Hal ini bertujuan agar larutan menjadi homogen.
3.
Pembuatan 100 ml Larutan Etanol 20% dari 96% Etanol
Untuk membuat 100 ml Larutan Etanol 20% diperlukan
perlengkapan sebagai berikut:
Alat :
-
Labu
ukur
-
Pipet
ukur
-
Bulb
-
Gelas
beaker
-
Pipet
tetes
Bahan :
-
Etanol
96%
-
Aquades
Untuk membuat 100 ml larutan Etanol 20 %, hal pertama
yang harus dilakukan adalah memastikan alat yang akan digunakan dalam keadaan
baik dan bersih hal ini dilakukan untuk keamanan dan keselamatan kerja di
laboratorium, setelah itu menyiapkan Etanol 96%, kemudian menghitung volume
etanol yang di butuhkan dengan menggunakan rumus pengenceran yaitu V1 x M1 = V2 x
M2 . Setelah perhitungan
dilakukan didapatkan volume etanol yang berjumlah 20,83 ml. Setelah itu mengambil
etanol sesuai jumlah yang diinginkan mengguanakn pipet ukur dengan bantuan bulb
yang berfungsi untuk menyedot dan mengeluarkan cairan dari lubang pipet ukur. Pengambilan
etanol ini dilakukan secara perlahan dengan memencet huruf ”S” pada bulb dan
memencet huruf ”E: untuk mengeluarkan larutan. Yang perlu di perhatikan saat
penggunaan bulb adalah cairan yang berada di dalam pipet ukur tidak boleh masuk
ke dalam bulb karena apabila cairan masuk ke dalam bulb maka bulb tidak bisa
digunakan kembali. Setelah mengambil etanol sesuai dengan jumlah yang
diinginkan, maka etanol dimasukkan ke dalam labu ukur dan ditambahkan aquades
hingga batas yang telah ditentukan yang tertera pada labu ukur. Untuk
menghindari adanya kegagalan dalam pembuatan larutan ini untuk mencapai batas
yang ditentukan, dalam labu ukur pengisian aquades selanjutnya menggunakan
pipet tetes. Setelah itu menutup labu ukur dan dihomogenisasi larutan tersebut
hingga bening dan homogen. Dengan demikian, diperolehlah etanol yang
diinginkan.
4.
Pembuatan 100 ml Larutan Gula 5%
Untuk membuat 100 ml Larutan gula 5%
diperlukan perlengkapan sebagai berikut:
Alat :
-
Gelas Beaker
-
Labu Ukur
-
Pengaduk
-
Timbangan Analitik
-
Gelas Arloji
-
Pipet Tetes
-
Spatula
Bahan :
-
Kristal Gula
-
Aquades
Cara pembuatan larutan gula 5% (b/v) yaitu pertama-tama
deengan menghitung massa gula dengan rumus % b/v = . Setalah dihitung, maka akan mendapatkan
hasil 5 gram. Setelah mengetahui massa gula dengan menghitung menggunakan rumus tersebut,
langkah selanjutnya yaitu mengkalibrasi timbangan analitik. Pengkalibrasian ini
dilakukan untuk menjaga kondisi instrumen ukur dan bahan ukur agar tetap sesuai
dengan spesefikasinya. Hal tersebut dikarenakan agar ketika gelas arloji
ditempatkan pada neraca timbangan analitik, tetap dengan perhitungan 0,00 gram.
Sehingga perhitungan 5 gram murni dari massa gula. Gelas arloji ini digunakan
untuk tempat bahan padatan pada saat menimbang. Setelah dikalibrasi, maka gula diambil
menggunakan spatula lalu diletakan diatas gelas arloji yang ada diatas
ditimbangan analitik hingga neraca timbangan analitik menunjukkan angka 5. Setelah ukuran
sesuai, maka gula dimasukkan ke dalam beaker glass. Langkah selanjutnya adalah
menambahkan air (aquades) secukupnya dan diaduk dengan menggunakan batang
pengaduk. Batang pengaduk ini digunakan untuk mengaduk larutan agar menjadi
lebih homogen. Setelah diaduk, maka larutan tersebut dipindahkan ke labu takar
dan ditambahkan aquades hingga mendekati tanda batas dan dilanjutkan penambahan
aquades dengan menggunakan pipet tetes. Tujuan digunakannya pipet tetes ini
adalah untuk mengambil cairan dalam skala kecil sehingga menjaga agar aquades
yang ditambahkan ke dalam labu ukur tidak melewati tanda batas. Kemudian labu
takar ditutup dan dihomogenisasikan dengan cara memegang tutup dengan
telunjuk dan menggerakkan tangan ke atas dan ke bawah hingga kurang lebih 12
gerakan. Hal ini bertujuan agar larutan menjadi homogen.
5.
Pembuatan 100 ml
Larutan HCl 0,1 M dari Larutan HCl 32%
Untuk membuat 100 ml Larutan HCl 0,1 M diperlukan
perlengkapan sebagai berikut:
Alat :
-
Labu ukur
-
Pipet ukur
-
Bulb
-
Gelas beaker
-
Pipet tetes
Bahan :
-
HCl 32 %
-
Aquades
Langkah pertama dalam
pembuatan 100 ml Larutan HCl 0,1 M adalah dengan menghitung konsentrasi larutan HCl
32% dan volume yang akan dilarutkan. Konsentrasi larutan HCl dapat dihitung dengan
menggunakan rumus M = Setelah itu akan
didapatkan 10,43 M. Kemudian menghitung volume yang akan diambil menggunakan rumus
pengenceran dan akan diperoleh hasil yaitu 0,96 mL. Setelah volume HCl diketahui dari perhitungan tersebut,
larutan HCl pekat diambil dengan menggunakan pipet ukur dengan bantuan bulb
atau karet penghisap. Bulb ini berfungsi untuk menyedot larutan, tetapi tidak
diperkenankan dihisap dengan mulut. Larutan HCl dihisap sampai menunjukkan
batas angka 0,96 ml. Penghisapan ini dilakukan dengan memencet secara perlahan
huruf ”S” yang ada pada bulb. Kemudian larutan HCl tersebut dipindahkan dari pipet
ukut ke beaker glass dengan menekan bulb yang berisi huruf ”E”. Setelah itu
larutan HCl yang terdapat pada beaker glass, dipindahkan ke dalam labu takar
(labu ukur). Selanjutnya menambahkan aquades secukupnya hingga tanda batas yang
ada dalam labu takar tersebut. Jika telah mendekati tanda batas, maka dilakukan
penambahan aquades dengan menggunakan pipet tetes dengan tujuan agar tidak
melampaui tanda batas tersebut. Setelah itu, labu takar ditutup dan dikocok
(dihomogenisasi) sebanyak 12 kali agar larutan menjadi homogen.
F.
ANALISA HASIL
1.
Pembuatan 100 ml Larutan NaCl 0,1 M
Pada percobaan ini diperlukan 0,585 gram NaCl untuk dilarutkan dalam 100 ml
aquades. 0,585 gram NaCl diperoleh dari perhitungan
menggunakan rumus molaritas sebagai berikut.
M = x
0,1 = x
Massa = 0,585 gram
2. Pembuatan 100 ml Larutan NaCl 100 ppm dari Kristal Padat NaCl
Dalam percobaan ini dibutuhkan NaCl sebanyak 10 mg yang
kemudian dilarutkan dalam 100 ml air aquades. Adapun 10 mg NaCl tersebut diperoleh
dari perhitungan menggunakan rumus ppm sebagai berikut.
Kadar NaCl =
100 =
Massa = 10 mg / 0,01 gram
3. Pembuatan 100 ml Larutan Etanol
20% dari 96% Etanol
Pada praktikum ini adalah membuat 100 ml etanol dengan konsentrasi 20% dari etanol dengan konsentrasi 96%. Untuk membuat larutan ini
diperlukan Etanol 96% sebanyak 20,83 ml yang kemudian dilarutkan dengan aquades
sebanyak 79,17 ml. 20,83 ml etanol diperoleh dari perhitungan rumus pengenceran sebagai berikut.
M1 x V1 = M2 x V2
96
x V1 = 20 x 100
96 V1
= 2000
V1 = = 20,83 ml
4.
Pembuatan 100 ml Larutan Gula 5%
Dalam praktikum ini banyak gula yang
diperlukan untuk pembuatan 100 ml larutan gula 5% adalah 5 gram dan
membutuhkan pelarut aquades sebanyak 100 ml. Adapun 5 gram larutan gula yang
digunakan dalam praktikum diperoleh dari perhitungan dengan rumus % (b/v) sebagai berikut.
% gula =
5 % =
Berat gula = 5 g
5.
Pembuatan 100 ml
Larutan HCl 0,1 M dari Larutan HCl 32%
Dalam praktikum ini, HCl yang diperlukan sebanyak 0,96 ml
yang diperoleh dari perhitungan menggunakan rumus sebagai berikut.
M = = = 10,43 M
Setelah diketahui
molaritas HCl, maka dilanjutkan
dengan mencari volume HCl dengan rumus pengenceran sebagai berikut.
M1.V1 = M2.V2
,
10,43 x V1 = 0,1 x 100
V1 = 0,96 ml
G.
KESIMPULAN
Adapun
kesimpulan-kesimpulan dari praktikum pembuat dan pengenceran larutan adalah
sebagai berikut.
1.
Prinsip utama dalam pembuatan dan pengenceran
larutan terletak pada proses pencampuran solute (zat terlarut) dan solven
(zat pelarut) yang ditentukan berdasarkan banyak sedikitnya solute (zat terlarut). Jika solute berasal dari zat padat, maka zat padat yang akan diencerkan diambil terlebih dahulu, kemudian
dicampurkan aquades sampai tanda batas.
2.
Dengan
adanya praktikum ini, praktikan dapat memahami dan memiliki keterampilan dalam
menggunakan peralatan di laboratorium kimia dan melakukan teknik analisa dasar
di laboratorium kimia. Selain itu praktikan mampu membuatdan mengencerkan
larutan dengan konsentrasi tertentu.
3.
Pada
praktikum ini, untuk pembuatan 100 ml NaCl 0,1 M diperlukan NaCl sebanyak 0,585 gram. Pada pembuatan 100 ml NaCl 100 ppm dibutuhkan sebanyak 10 mg
NaCl. Untuk pengenceran etanol dari 96% menjadi
20% diperlukan 20,83 ml etanol. Pada pembuatan
100 ml gula 5% diperlukan gula sebanyak 5 gram. Dan pembuatan 100 ml HCl 0,1 M dari larutan HCl 32% diperlukan HCl
32% sebanyak 0,96 ml.
Tanggal
|
Nilai
|
Paraf Asisten
|
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar