Nama
|
Sri Handayani Nofiyanti
|
NIM
|
145100600111013
|
Jurusan
|
Keteknikan Pertanian
|
Kelas
|
H
|
Kelompok
|
H4
|
INTERAKSI KOMPONEN BIOTIK DALAM
EKOSISTEM
|
8
|
PRE-LAB
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Ekosistem!
Ekosistem adalah
suatu proses yang terbentuk karena adanya hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dengan lingkungannya, jadi kita tahu bahwa ada komponen biotik
(hidup) dan juga komponen abiotik(tidak hidup) yang terlibat dalam suatu
ekosistem ini, kedua komponen ini tentunya saling mempengaruhi, contohnya
saja hubungan heewan dengan air. Interaksi antara makhluk hidup dan tidak
hidup ini akan membentuk suatu kesatuan dan keteraturan. Setiap komponen yang
terlibat memiliki fungsinya masing-masing, dan selama tidak ada fungsi yang
terngganggu maka keseimbangan dari ekosistem ini akan terus terjaga (Melani,
2007).
Ekosistem bisa
dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara
segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Ekosistem merupakan
penggabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan interaksi timbal
balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju
kepada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara
organisme dan anorganisme. Contohnya adalah ekosistem sawah, ekosistem danau,
dan lain-lain (Hutagalung, 2010).
|
2. Jelaskan
apa yang dimaksud dengan Komponen Biotik dan Abiotik!
Komponen biotik merupakan komponen lingkungan yang
terdiri atas makhluk hidup. Ada 3 pembagian komponen biotik dalam suatu ekosistem,
yaitu Organisme Autotrof, Organisme Heterotrof, dan Pengurai (dekomposer) (John,
2007).
a.
Komponen
autotrof
(Auto = sendiri dan trophikos = menyediakan makan). Autotrof adalah
organisme yang mampu menyediakan/mensintesis makanan sendiri yang berupa
bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan
kimia. Komponen autotrof berfungsi sebagai produsen, contohnya
tumbuh-tumbuhan hijau.
b.
Komponen
Heterotrof
(Heteros = berbeda, trophikos = makanan). Heterotrof merupakan organisme
yang memanfaatkan bahan-bahan organik sebagai makanannya dan bahan tersebut
disediakan oleh organisme lain. Yang tergolong heterotrof adalah manusia,
hewan, jamur, dan mikroba.
c.
Pengurai
(dekomposer)
Pengurai adalah organisme heterotrof yang menguraikan bahan
organik yang berasal dari organisme mati (bahan organik kompleks). Organisme
pengurai menyerap sebagian hasil penguraian tersebut dan melepaskan
bahan-bahan yang sederhana yang dapat digunakan kembali oleh produsen.
Termasuk pengurai ini adalah bakteri dan jamur.
Sedangkan komponen abiotik (bahan tak hidup) yaitu komponen
yang terdiri atas bahan-bahan tidak hidup (nonhayati), meliputi komponen
fisik dan kimia yang terdiri dari tanah, air, udara, sinar matahari. Komponen
abiotik (bahan tak hidup) merupakan medium atau substrat tempat
berlangsungnya kehidupan, atau lingkungan tempat hidup (Santoso, 2005).
Kedua komponen
tersebut berada pada suatu tempat dan berinteraksi membentuk suatu kesatuan
yang teratur. Misalnya, pada suatu ekosistem akuarium, ekosistem ini terdiri
dari ikan, tumbuhan air, plankton yang terapung di air sebagai komponen
biotik, sedangkan yang termasuk komponen abiotik adalah air, pasir, batu,
mineral dan oksigen yang terlarut dalam air (Ida, 2004).
|
3. Jelaskan
jenis-jenis interaksi komponen biotik dalam suatu ekosisitem, dan berikan
masing-masing interaksi tersebut 1 contoh !
Didalam ekosistem setiap komponen biotik memiliki peran
masing-masing dan saling berinteraksi satu sama lain. Pola interaksi tidak
hanya berupa hubungan memakan dan dimakan seperti halnya produsen dan
konsumen, tetapi juga terjadi interaksi lain. Dalm hal ini hubungan memakan
dan dimakan di antara konsumen primer dan konsumen sekunder dikenal sebagai
hubungan predasi. Sementara itu, pola interaksi lan yang bukan merupakan
hubungan memakan dan dimakan, antara lain simbiosis dan kompetisi. Tetapi
dalam kegiatan makan memakan ada juga interaksi antar makhluk hidup yang
tidak saling menggangu yaitu netralisme Jenis-jenis interaksi yang terjadi
antar komponen biotik sebagai berikut (Crush, 2006).
1.
Interaksi
Antar Organisme
Semua makhluk hidup
selalu bergantung kepada makhluk hidup yang lain. Tiap individu akan selalu
berhubungan dengan individu lain yang sejenis atau lain jenis, baik individu
dalam satu populasinya atau individu-individu dari populasi lain. Interaksi
demikian banyak kita lihat di sekitar kita.
Interaksi antar
individu yang bersifat negatif (ada pihak yang dirugikan) akan memunculkan
individu yang bersifat adaptif, artinya individu yang mampu bertahan karena
adanya interaksi dengan individu yang lain. Interaksi antar individu dalam
suatu populasi dapat bersifat positif (saling berkerjasama atau simbiosis)
sebagai contoh interaksi antar individu dalam populasi : semut (interaksi
dalam hubungan sosial atau gotong royong) untuk menyelesaikan tugas atau
pekerjaannya, dalam populasi semut, beberapa semut bergotong royong menyeret
bangkai serangga ke dalam lubang. Dalam interaksi antar individu dalam
populasi perlu diperhatikan jumlah atau batas individu yang layak dalam
populasi sehingga populasi tersebut mampu untuk mempertahankan jenisnya,
kepadatan populasi yang dapat mempengaruhi berubahnya tingkah laku individu
dalam populasi, dan faktor lain
yang dapat mempengaruhi interaksi individu dalam populasi antara lain
natalitas, mortalitas dan ketahanan hidup populasi (adaptif).
a.
Hubungan
Predasi (Predatorisme)
Predasi adalah
hubungan antara pemangsa dan mangsanya. Pemangsa dikenal dengan predator, dan
yang dimangsa disebut prey. Hubungan ini sangat erat karena tanpa mangsa,
predator tidak dapat hidup.
Sebaliknya, predator Predator (Latin, praeda = mangsa) juga berfungsi pengontrol populasi mangsa agar tidak terjadi ledakan populasi.
Dalam rantai
makanan, predator menempati posisi sebagai konsumen sekunder. Pemangsa ini
untuk memenuhi kebutuhan makanan demi kelangsungan hidupnya. Jika yang
dimangsa adalah produsen, maka bentuk interaksi itu disebut herbivori,
sedangkan hewan yang memakan produser disebut herbivor.
Contohnya adalah
singa memangsa zebra, hubungan singa dengan kijang dan rusa, burung hantu
dengan tikus, antibiosis dan alelopati.
b.
Hubungan
Simbiosis
Simbiosis berasal
dari bahasa Yunani, syn yang berarti “bersama” dan bios yang berarti “hidup”.
Dengan demikian simbiosis diartikan sebagai hubungan yang sangat erat antara
dua jenis organisme yang hidup saling berdampingan. Simbiosis terdiri dari
·
Simbiosis
Mutualisme
Mutualisme
merupakan bentuk hubungan (interaksi) yang saling menguntungkan banyak
terjadi di alam ini. Simbiosis mutualisme adalah suatu hubungan antara
makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya yang saling meguntungkan
bagi dua belah pihak. Beberapa contoh bentuk simbiosis Mutualisme adalah
Badak/Kerbau/Sapi dengan Burung Jalak,
Ikan Badut dengan Anemon Laut, Lebah atau Kupu-Kupu dengan Bunga, Ikan
Karnivora dengan Udang Pemakan Parasit, Jamur dengan Ganggang, Myrmecodia
Echinata dengan Semut, Tanaman kacang-kacangan (leguminosae) dan bakteri Rhizobium.
·
Simbiosis
Parasitisme
Parasitisme adalah
hubungan antara dua jenis makhluk hidup,dimana makhluk hidup yang satu
mendapatkan kerugian,sedangkan yang lain mendapat keuntungan. Keuntungan yang
diperoleh berupa makanan dan perlindungan sedangkan makhluk hidup yang
ditumpanginya (hospes/inang) merasa rugi karena sari makanannya diambil,
bahkan mungkin dibunuh oleh parasit itu. Beberapa contoh bentuk simbiosis
Parasitisme adalah Benalu dengan Pohon Mangga (Tumbuhan Inang), Tali Putri
dengan Tanaman Beluntas, Cacing Pita dengan Tubuh Manusia, Nyamuk dengan
Kulit Manusia, Taenia Saginata dalam Tubuh Sapi, Rafflessia dengan Tumbuhan
Inangnya.
·
Simbiosis
Komensalisme
Simbiosis
komensalisme adalah hubungan antarorganisme dimana salah satu pihak untung
dan yang lain tidak dirugikan. Pada hubungan ini kedua pihak saling
bekerjasama. Beberapa contoh bentuk
simbiosis Komensalisme adalah
Ikan Remora dengan Ikan Hiu, Anggrek / Tumbuhan Paku
dan pohon yang ditumpanginya, Tumbuhan dengan Serangga / Laba-Laba, Jamur
Saprofit, Karang yang menempel pada tubuh ikan paus, Tanduk rusa dengan pohon
lain.
·
Simbiosis
Amensalisme dan Antagonisme
Amensalisme adalah
interaksi antara berbagai jenis makhluk hidup dengan salah satu dirugikan
sedangkan yang lainnya tidak mengalami perubahan apa-apa. Sebagai contoh
rumput jepang yang ditanam dibawah naungan pohon mangga yang rindang,akan
mati layu karena tidak terkena sinar matahari. Sedangkan pohon mangga tidak
dirugikan, juga tidak mendapatkan keuntungan.
Antagonisme
merupakan bentuk hubungan antara 2 jenis mahluk hidup, dimana mahluk yang
satu merugikan mahluk hidup yang lainnya.
c.
Hubungan
Netralisme
Netralisme adalah
hubungan antar makhluk hidup yang berbeda jenis yang dimana tidak saling mengganggu antar organisme dalam
habitat yang sama, bersifat tidak
menguntungkan dan tidak saling merugikan kedua belah pihak.
Contohnya :
-
Hubungan
antara capung dan sapi
-
Hubungan
antara kucing dan ayam dikebun
2.
Interaksi
Antar Populasi
Hubungan antara populasi yang satu dan populasi yang
lain ini dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung (saling
mempengaruhi). Interaksi seperti ini membentuk suatu komunitas. Interaksi
antar populasi ini dapat bersifat menguntungkan, merugikan, netral dan
sebagainya.
a.
Hubungan
Kompetisi
Kompetisi dapat
diartikan sebagai persaingan di antara makhluk hidup yang berada dalam suatu
ekosistem karean adanya persamaan kebutuhan hidup. Kompetisi (persaingan)
dapat terjadi diantara mahluk hidup yang dapat menimbulkan seleksi alam dalam
evolusi. Antara organisme yang satu dengan yang lain terjadi persaingan untuk
memperoleh kebutuhan hidupnya, seperti makanan, cahaya matahari, tempat
berlindung dan sebagainya. Dalam persaingan itu muncul berbagai cara untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik penyesuaian struktur maupun
tingkah laku agar dapat melangsungkan kehidupannya. Persaingan tersebut dapat
dibedakan menjadi dua.
-
Kompetisi
intra spesifik, yaitu persaingan antar individu satu spesies. Contoh :
persaingan antara populasi kambing dengan populasi sapi di padang rumput.
-
Kompetisi
antar spesifik, yaitu persaingan antara individu yang berbeda spesiesnya.
Contoh : persaingan antara rumput teki, rumput gajah, dan ilalang dalam
memperebutkan lahan.
Persaingan akan
semakin hebat apabila organisme - organisme yang bersaing tersebut mempunyai
kebutuhan yang hampir sama. Apabila antara dua spesies yang berkompetisi
terjadi persaingan yang semakin kuat, maka salah satu diantaranya akan kalah.
Jadi, dua spesies yang berbeda tidak dapat menduduki
nichia/nisia/niche/relung ekologi yang sama.
b.
Hubungan
Alelopati / Antibiosis
Antibiosis adalah
hubungan antara dua makhluk hidup yang berbeda spesies, dimana salah satunya
dapat menghambat pertumbuhan dan kehidupan yang lainnya.
Hubungan antara
makhluk hidup disebut sebagai hubungan antibiosis jika salah satu organisme
mengeluarkan sekret kimiawi yang mampu merusak bahkan membunuh makhluk hidup
yang lainnya. Interaksi ini dapat menyebabkan salah satu organisme lebih
unggul dalam persaingan untuk mendapatkan kebutuhan makanan atau organisme
yang satu mengeluarkan zat yang dapat mematikan organisme yang lainnya.
Sebagai contohnya yaitu :
-
Jamur
Penicillium Notatum & jamur Penicillium Chrysogenum
Jamur Penicillium
Notatum dan jamur Penicillium
Chrysogenum dapat menghambat pertumbuhan dan kehidupan atau jamur
patogen, karena kedua jamur tersebut dapat mengalirkan zat antibiotik yang di
sebut penisilium.
-
Pohon
Walnut (Juglans)
Pohon ini jarang ditumbuhi tumbuhan lain, karena
tumbuhan ini menghasilkan zat yang bersifat toksik. Pada mikroorganisme
istilah alelopati dikenal sebagai anabiosa.
3.
Interaksi
Antar Komunitas
Komunitas adalah
kumpulan populasi yang berbeda di suatu daerah yang sama dan saling
berinteraksi. Contoh komunitas, misalnya komunitas sawah dan sungai.
Komunitas sawah disusun oleh bermacam-macam organisme, misalnya padi,
belalang, burung, ular, dan gulma. Komunitas sungai terdiri dari ikan,
ganggang, zooplankton, fitoplankton, dan dekomposer. Antara komunitas sungai
dan sawah terjadi interaksi dalam bentuk peredaran nutrien dari air sungai ke
sawah dan peredaran organisme hidup dari kedua komunitas tersebut.
Interaksi antar
komunitas cukup komplek karena tidak hanya melibatkan organisme, tapi juga
aliran energi dan makanan. Interaksi antarkomunitas dapat kita amati,
misalnya pada daur karbon. Daur karbon melibatkan ekosistem yang berbeda
misalnya laut dan darat.
|
Tanggal
|
Nilai
|
Paraf Asisten
|
|
|
|
LAPORAN PRAKTIKUM
Praktikum
8. Interaksi Komponen Biotik dalam Ekosistem
1. Identifikasi
Komponen Biotik dan Abiotik
a. Komponen Biotik dalam Interaksi Biotik-biotik
No
|
Jenis
komponen
|
Jumlah
|
Cara
hidup
|
Fungsi
/ Peran
|
1.
|
Kumbang
|
Banyak
|
Melakukan hibernasi (tidur panjang di
musim dingin) dan biasanya berkoloni
dalam jumlah besar di tempat-tempat seperti di bawah balok kayu, kulit
batang, atau timbunan daun saat berhibernasi
|
Berperan sebagai konsumen. Sebagian ada yang berperan
dalam membasmi hama. Contohnya kumbang jenis Vedalia cardinalis. Selain itu terdapat beberapa jenis kumbang
yang berperan sebagai pemakan tanaman (parasit). Contohnya adalah Epilachna admirabilis
|
2.
|
Daun
|
Banyak
|
Berkelompok
|
Berperan sebagai produsen bagi hewan-hewan lainnya
|
3.
|
Kadal
|
1
|
Kebanyakan kadal tinggal individu di atas tanah (terestrial), sementara sebagiannya
hidup menyusup di dalam tanah gembur atau pasir (fossorial). Sebagian lagi berkeliaran di atas atau di batang
pohon (arboreal)
|
Predator penyergap (konsumen) yang kebanyakan kadal aktif
menjelajahi lingkungannya untuk memburu mangsa. Mangsa tersebut dapat berupa
buah-buahan, bahan nabati lain, serangga, amfibia, reptil yang lain, bangkai
|
4.
|
Lalat
|
Banyak
|
Biasanya lalat berkelompok dan tempat yang disenangi
lalat untuk perindukan atau berkembang biak adalah tempat yang basah, pada
benda-benda organik, tinja, sampah basah, kotoran binatang, dan
tumbuh-tumbuhan busuk. Sedangkan lalat akan beristirahat pada lantai, dinding, langit-langit, jemuran
pakaian, rumput-rumput, kawat listrik, serta lalat menyukai tempat-tempat
dengan tepi yang tajam dan permukaannya vertikal. Biasanya tempat
beristirahatnya terletak berdekatan dengan tempat makanannya atau tempat
berbiaknya dan biasanya yang terlindung dari angin. Tempat istirahat tersebut
biasanya tidak lebih dari 4,5 meter di atas permukaan tanah
|
Berperan sebagai konsumen serta penyebar beberapa
penyakit, mereka berperan sebagai vektor
|
5.
|
Laba-laba
|
1
|
Laba-laba ini hidup individu dan tidak semua laba-laba
membuat jaring untuk menangkap mangsa, akan tetapi semuanya mampu
menghasilkan benang sutera yakni helaian serat protein yang tipis namun
kuat-- dari kelenjar (disebut spinneret)
yang terletak di bagian belakang tubuhnya dan biasanya menempel pada
daun-daun. Serat sutera ini amat berguna untuk membantu pergerakan laba-laba,
berayun dari satu tempat ke tempat lain, menjerat mangsa, membuat kantung
telur, melindungi lubang sarang
|
Kebanyakan laba-laba merupakan predator (pemangsa)
penyergap. Laba-laba merupakan hewan pemangsa (karnivora), bahkan
kadang-kadang kanibal. Mangsa utamanya adalah serangga
|
6.
|
Rumput-rumputan
|
Banyak
|
Dapat berbiak dengan cepat dan hidup berkelompok,
dengan benih-benihnya yang tersebar cepat bersama angin, atau melalui
rimpangnya yang lekas menembus tanah yang gembur. Rumput ini senang dengan tanah-tanah yang cukup subur,
banyak disinari matahari sampai agak teduh, dengan kondisi lembap atau kering
|
Rumput dapat berperan sebagai pakan ternak (produsen) namun
apabila tumbuh di lahan pertanian bersifat mengganggu pertumbuhan tanaman
utama (gulma). Selain itu untuk melindungi lahan-lahan terbuka yang mudah
tererosi. Kecepatan tumbuh, jalinan rimpang rumput-rumputan di bawah tanah,
serta tutupan daunnya yang rapat, memberikan manfaat perlindungan yang
dibutuhkan itu
|
7.
|
Benalu
|
Banyak
|
Penyebaran tumbuhan ini terjadi dibantu oleh burung,
apabila burung memakan buah dan bijinya lalu mengekskresikan pada dahan
pohon, bijinya yang lengket akan menempel pada dahan pohon selanjutnya akan
berkecambah dan benalu muda mulai tumbuh sehingga hidupnya berkelompok
|
Parasit obligat
|
8.
|
Inang
|
3
|
Tanaman ini berkelompok dan merambat serta tumbuh ditepi-tepi
|
Sebagai media tumbuh bagi tanaman benalu. Tanaman inang
ini memiliki manfaat bagi ekosistem seperti menjadi sumber makanan (produsen)
dan habitat bagi tupai dan burung, juga menjadi sumber makanan bagi para
polinator sehingga memperkaya keanekaragaman hayati pertanian
|
9.
|
Belalang
|
Banyak
|
Individu, apabila terdapat hujan yang cukup untuk
kebanyakan telur menetas, maka perubahan tingkah laku dari individu menjadi
berkelpmpok (gregarious)
|
Berperan sebagai konsumen dan bersifat Parasit apabila
berlebih, sehingga bisa menyebabkan kerugian pada tanaman
|
10.
|
Bunglon
|
1
|
Individu. Beberapa bunglon banyak menghabiskan waktunya
di pohon (hewan arboreal). Tetapi
ada juga jenis bunglon yang biasa hidup di tanah misalnya bunglon Brookesia
yang biasa hidup di tanah dalam hutan
|
Bertindak sebagai konsumen
|
11.
|
Pohon Bambu
|
1
|
Cara menyebarkan perakaran dan rizomanya di bawah tanah
(berkelompok). Persebaran ini bisa sangat luas, dan jika tidak dikendalikan
bisa menyebabkan tunas tumbuh di tempat yang tidak diinginkan, bahkan
berpotensi invasif
|
Bertindak sebagai produsen (makanan hewan)
|
12.
|
Hama Kupu-kupu Putih
|
Banyak
|
Semi
aquatil (menggantungkan
hidup pada air untuk bernafas dengan udara)
|
Parasit karena hama kupu-kupu putih menyerang dan
bergelantungan pada daun padi hingga daun tersebut berwarna keputih-putihan
|
13.
|
Tanaman yang dihinggapi hama kupu-kupu putih
|
3
|
Individu
|
Berperan sebagai produsen
|
b.
Komponen
Biotik dalam Interaksi Biotik-abiotik
No
|
Jenis
komponen
|
Jumlah
|
Cara
hidup
|
Fungsi
/ Peran
|
1.
|
Daun merambat
|
Banyak
|
Berkelompok
|
Sebagai produsen
|
2.
|
Lalat
|
Banyak
|
Biasanya lalat berkelompok dan tempat yang disenangi
lalat untuk perindukan atau berkembang biak adalah tempat yang basah, pada
benda-benda organik, tinja, sampah basah, kotoran binatang, dan
tumbuh-tumbuhan busuk. Sedangkan lalat akan beristirahat pada lantai, dinding, langit-langit,
jemuran pakaian, rumput-rumput, kawat listrik, serta lalat menyukai
tempat-tempat dengan tepi yang tajam dan permukaannya vertikal. Biasanya
tempat beristirahatnya terletak berdekatan dengan tempat makanannya atau
tempat berbiaknya dan biasanya yang terlindung dari angin. Tempat istirahat
tersebut biasanya tidak lebih dari 4,5 meter di atas permukaan tanah
|
Berperan sebagai konsumen. Selain itu sebagai penyebar
beberapa penyakit, mereka berperan sebagai vektor
|
3.
|
Kadal
|
1
|
Kebanyakan kadal tinggal individu di atas tanah (terestrial), sementara sebagiannya
hidup menyusup di dalam tanah gembur atau pasir (fossorial). Sebagian lagi berkeliaran di atas atau di batang
pohon (arboreal)
|
Predator penyergap (konsumen) yang kebanyakan kadal
altif menjelajahi lingkungannya untuk memburu mangsa. Mangsa tersebut dapat
berupa buah-buahan, bahan nabati lain, serangga, amfibia, reptil yang lain,
bangkai
|
4.
|
Semut
|
Banyak
|
Berkoloni
|
Berperan sebagai konsumen.
|
5.
|
Cacing Tanah
|
Banyak
|
Berkoloni
|
Berperan sebagai penyubur tanah dengan menggemburkan
tanah.
|
6.
|
Ular
|
1
|
Individu sepanjang hidupnya berkelana di pepohonan dan
hampir tak pernah menginjak tanah. Banyak jenis yang lain hidup melata di
atas permukaan tanah atau menyusup-nyusup di bawah serasah atau tumpukan
bebatuan. Sementara sebagian yang lain hidup akuatik atau semi-akuatik di
sungai, rawa, danau, dan laut
|
Sebagai pemangsa atau predator dan juga bisa disebut
sebagai konsumen.
|
7.
|
Kepiting
|
Banyak
|
Berkoloni
|
Berperan sebagai konsumen
|
8.
|
Dinding Pagar Sungai
|
1
|
-
|
Sebagai media tempat tinggal atau tumbuh dan berkembang
biak. Selain itu berfungsi sebagai tempat untuk mencari makan
|
9.
|
Sampah dalam karung
|
Banyak
|
-
|
Sebagai media tempat tinggal atau tumbuh dan berkembang
biak. Selain itu berfungsi sebagai tempat untuk mencari makan
|
10.
|
Tanah
|
Banyak
|
-
|
Sebagai media tempat tinggal atau tumbuh dan berkembang
biak. Selain itu berfungsi sebagai tempat untuk mencari makan
|
11.
|
Air
|
Banyak
|
-
|
Sebagai media tempat tinggal atau tumbuh dan berkembang
biak. Selain itu berfungsi sebagai tempat untuk mencari makan
|
12.
|
Dinding Berbatu
|
Banyak
|
-
|
Sebagai media tempat tinggal atau tumbuh dan berkembang
biak. Selain itu berfungsi sebagai tempat untuk mencari makan
|
2. Interaksi
Komponen Biotik dan Abiotik
a. Interaksi Komponen Biotik-biotik
No.
|
Gejala Interaksi
|
Nama Komponen Biotik yang Terlibat
|
Jenis Interaksi
|
1.
|
Interaksi antar
Individu
|
Terjadi antara
kumbang dengan daun
|
Simbiosis
Parasitisme
|
2.
|
Interaksi antar
Individu
|
Terjadi antara
kadal dengan lalat
|
Predasi
|
3.
|
Interaksi antar
Individu
|
Terjadi antara laba-laba
dengan rumput-rumputan
|
Simbiosis Komensalisme
|
4.
|
Interaksi antar
Individu
|
Terjadi antara
benalu dengan inangnya
|
Simbiosis Parasitisme
|
5.
|
Interaksi antar
Individu
|
Terjadi
antara belalang dengan daun
|
Simbiosis Parasitisme
|
6.
|
Interaksi antar
Individu
|
Terjadi antara
bunglon dengan pohon bambu
|
Simbiosis Komensalisme
|
7.
|
Interaksi antar
Individu
|
Terjadi antara hama
kupu-kupu putih dengan
tanaman
|
Simbiosis Parasitisme
|
b.
Interaksi
Komponen Biotik-abiotik
No.
|
Gejala Interaksi
|
Nama Komponen Biotik yang Terlibat
|
Jenis Interaksi
|
1.
|
Interaksi
antar Individu
|
Terjadi
antara daun merambat dengan dinding pagar
|
Simbiosis
Komensalisme
|
2.
|
Interaksi
antar Individu
|
Terjadi
antara lalat dengan
sampah
|
Simbiosis
Komensalisme
|
3.
|
Interaksi
antar Individu
|
Terjadi
antara kadal dengan sampah
|
Simbiosis
Komensalisme
|
4.
|
Interaksi
antar Individu
|
Terjadi
antara
semut dengan tanah
|
Simbiosis
Mutualisme
|
5.
|
Interaksi
antar Individu
|
Terjadi
antara cacing dengan tanah
|
Simbiosis
Mutualisme
|
6.
|
Interaksi
antar Individu
|
Terjadi
antara ular dengan tanah/air
|
Simbiosis
Komensalisme
|
7.
|
Interaksi
antar Individu
|
Terjadi
antara
kepiting dengan dinding berbatu
|
Simbiosis Komensalisme
|
3.
Jelaskan interaksi
komponen biotik yang terjadi dalam ekosistem yang diamati!
Interaksi komponen
biotik-biotik yang kami amati pada ekosistem sungai dan daerah aliran sungai
sejumlah 7 interaksi. Interaksi pertama yaitu interaksi organisme antara
kumbang dengan daun. Antara kumbang dengan daun terjadi interaksi antar
individu yaitu berupa interaksi simbiosis parasitisme. Dimana dalam
pengamatan yang kami lakukan, teramati bahwa kumbang memakan daun-daun yang
tumbuh pada daerah aliran sungai. Kumbang disini berperan sebagai konsumen
tingkat I atau yang disebut herbivora, sedangkan daun berperan sebagai
produsen. Adanya kumbang yang memakan daun-daun tersebut, bisa menyebabkan
kerusakan pada tanaman. Hal ini teramati pada daun terdapat lubang-lubang
bekas gigitan kumbang tersebut. Selain itu, daun tersebut dapat dijadikan
tempat berkembang biaknya kumbang. Dengan demikian, kumbang merugikan tanaman
(parasit). Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa hubungan
antara dua organisme yang berbeda spesies tersebut, dimana yang satu
diuntungkan dan yang lain dirugikan maka disebut simbiosis parasitisme (Marlin,
2007).
Interaksi kedua
yaitu interaksi organisme antara kadal dengan lalat. Antara kadal dengan
lalat terjadi interaksi antar individu yaitu berupa interaksi predasi. Dimana
dalam pengamatan yang kami lakukan, teramati bahwa kadal memakan lalat-lalat
yang mengerubungi sampah yang terdapat pada sungai ketika arus air di sungai
surut. Kadal disini berperan sebagai predator atau pemangsa. Selain itu kadal
dapat dikatakan sebagai konsumen tingkat II yang disebut karnivora, sedangkan
lalat berperan sebagai mangsa dari kadal tersebut. Dengan demikian, kadal
yang bertindak sebagai predator dapat berfungsi sebagai pengontrol populasi
mangsa. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa hubungan antara
mangsa dan pemangsa (predator) disebut dengan predasi. Hubungan ini sangat
erat kaitannya, sebab tanpa mangsa, predator tak dapat hidup (Kimball, 2004).
Interaksi ketiga
yaitu interaksi organisme antara laba-laba dengan rumput-rumputan. Antara
laba-laba dengan rumput-rumputan terjadi interaksi antar individu yaitu
berupa interaksi simbiosis komensalisme. Pada interaksi antara laba-laba dengan rumput-rumputan,
diamati bahwa laba-laba membuat sarang pada rumput-rumputan tersebut.
Sehingga, laba-laba adalah pihak yang berkepentingan (untung) untuk
mendapatkan tempat tinggal dengan membuat sarang laba-laba pada
rumput-rumputan. Sedangkan rumput-rumputan tidak mendapatkan dan tidak
kekurangan apapun akibat aktivitas laba-laba terhadap tanaman
rumput-rumputan. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa laba-laba adalah pihak
yang untung dan rumput-rumputan adalah pihak yang tidak dirugikan. Hal ini
sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa hubungan antara makluk hidup yang berlainan jenis atau
berbeda spesies, dengan salah satu spesies mendapatkan keuntungan sedangkan
spesies lain tidak dirugikan disebut dengan simbiosis
komensalisme (Rahmad, 2008).
Interaksi keempat yaitu interaksi organisme antara
benalu dengan inangnya. Antara benalu dengan inangnya terjadi interaksi antar
individu yaitu berupa interaksi simbiosis parasitisme. Hal ini teramati bahwa
tumbuhan benalu dapat membuat
makanannya sendiri karena mempunyai zat hijau rumput-rumputan. Akan tetapi,
tumbuhan benalu tidak dapat mengambil air dan unsur hara dari tanah. Benalu
menempel pada tumbuhan inang, mengisap air dan garam-garam mineral dari
tumbuhan inang untuk fotosintesis.Tumbuhan ini mengambil bahan makanan
tersebut dari tumbuhan inangnya. Dalam hubungan ini tumbuhan inang dirugikan
karena bahan makanannya berkurang. Sementara itu, benalu beruntung memperoleh
bahan makanan tanpa harus mengambil dari dalam tanah. Benalu termasuk
tumbuhann biji dan berrumput-rumputan hijau. Akar benalu tidak sempurna,
sehingga tidak mampu menyerap air dan hara langsung dari tanah. Untuk memenuhi
kebutuhan akan air dan unsur hara, benalu menumpang pada ranting tumbuhan
jenis lain. Lalu akarnya yang berupa alat isap akan menembus masuk ke dalam
jaringan pengangkut tumbuhan yang ditumpanginya. Kemudian benalu akan
menyerap air dan hara yang terlarut di dalamnya. Sehingga tumbuhan inang
mengalami kerugian karena air dan hara yang akan digunakan untuk hidupnya
diserap oleh benalu. Akibatnya dari kegiatan benalu tersebut, biasanya ujung
ranting tanaman yang ditumpanginya mengecil, kurus, dan akhirnya mati. Keuntungan
yang diperoleh berupa makanan dan perlindungan sedangkan makhluk hidup yang
ditumpanginya (hospes/inang) merasa rugi karena sari makanannya diambil, bahkan
mungkin dibunuh oleh parasit itu. Organisme yang mendapat keuntungan disebut
parasit, sedangkan organisme yang dirugikan disebut inang. Hal ini sesuai
dengan literatur yang menyebutkan bahwa simbiosis parasitisme adalah hubungan
antara dua jenis makhluk hidup, dimana makhluk hidup yang satu mendapatkan
kerugian, sedangkan yang lain mendapat keuntungan. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa antara benalu dengan inangnya terjadi interaksi simbiosis parasitisme
(Marlin, 2007).
Interaksi kelima
yaitu interaksi organisme antara belalang dengan daun. Antara belalang dengan
daun terjadi interaksi antar individu yaitu berupa interaksi simbiosis
parasitisme. Pada
interaksi antara belalang dengan daun, diamati bahwa belalang memakan daun-daun yang tumbuh pada daerah
aliran sungai. Kumbang disini berperan sebagai konsumen tingkat I atau yang
disebut herbivora, sedangkan daun berperan sebagai produsen. Adanya kumbang
yang memakan daun-daun tersebut, bisa menyebabkan kerusakan pada tanaman. Hal
ini teramati pada daun terdapat lubang-lubang bekas gigitan belalang
tersebut. Selain itu, daun tersebut dapat dijadikan tempat berkembang biaknya
belalang. Dengan demikian, daun
adalah pihak yang dirugikan, karena daun berubah bentuk
dan sel-selnya rusak dimakan belalang. Sedangkan belalang sendiri memperoleh
keuntungan yaitu memenuhi kebutuhan pangannya. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa hubungan
antara dua organisme yang berbeda spesies tersebut, dimana yang satu
diuntungkan dan yang lain dirugikan maka disebut simbiosis parasitisme (Marlin,
2007).
Interaksi keenam
yaitu interaksi antara organisme antara bunglon dengan pohon bambu. Antara
bunglon dengan pohon bambu terjadi interaksi antar individu yaitu berupa
interaksi simbiosis komensalisme. Pada interaksi bunglon dengan pohon
bambu, diamati bahwa bunglon sedang
melindungi dirinya dari musuh dengan merubah dirinya seperti warna tumbuhan
yang ditumpangi, dalam hal ini adalah pohon bambu. Dengan penyamaran tersebut
maka bunglon tidak akan terlihat oleh mangsa atau pengganggu. Sehingga dalam
hal ini, bunglon sebagai pihak yang diuntungkan, tetapi pohon bambu yang
ditumpanginya tidak diuntungkan dan juga tidak dirugikan karena pohon bambu
ini tidak berubah bentuk akibat gigitan dan tanaman masih terlihat sama.
Dengan demikian, hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa
hubungan antar organisme yang berbeda spesies, dalam bentuk kehidupan bersama
untuk berbagi sumber makanan; salah satu spesies diuntungkan dan spesies
lainnya tidak dirugikan disebut dengan simbiosis komensalisme (Rahmad, 2008).
Interaksi ketujuh
yaitu interaksi organisme antara hama kupu-kupu putih dengan tanaman. Antara
hama kupu-kupu putih dengan tanaman terjadi interaksi antar individu yaitu
berupa interaksi simbiosis parasitisme. Pada
interaksi kupu-kupu putih dengan tanaman, diamati bahwa hama kupu-kupu putih mengeluarkan
hama yang menyerupai jamur pada tanaman tersebut yang nantinya dapat membuat
tanaman itu memiliki bintik-bintik hitam dan ada yang bisa menyebabkan daun
dari tanaman tersebut putih, sehingga bisa menyebabkan kematian pada tanaman.
Dalam hal ini, hama kupu-kupu putih adalah
pihak yang diuntungkan, sedangkan tanaman
tersebut
merupakan pihak yang dirugikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terjadi
interaksi simbiosis parasitisme antara hama kupu-kupu putih dan tanaman. Hal
ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa hubungan antarorganisme
yang berbeda spesies, bila salah satu organisme hidup pada organisme lain dan
mengambil makanan dari hospes/inangnya sehingga bersifat merugikan namanya
disebut simbiosis parasitisme (Marlin, 2007).
Sedangkan untuk
interaksi komponen biotik-abiotik yang kami amati pada ekosistem sungai dan
daerah sekitar aliran sungai juga terdapat sejumlah 7 interaksi. Interaksi
pertama yaitu interaksi antara daun merambat dengan dinding pagar. Antara daun
merambat dengan daun terjadi interaksi antar individu yaitu berupa interaksi
simbiosis komensalisme. Dimana dalam pengamatan yang kami lakukan, teramati
bahwa daun merambat pada dinding pagar yang tumbuh pada daerah aliran sungai.
Daun merambat ini berperan sebagai produsen bagi hewan-hewan lainnya,
sedangkan dinding pagar sebagai tempat tinggal daun yang merambat tersebut
untuk memperoleh cahaya matahari dalam fotosintesis sedangka dinding pagar tidak
dirugikan atau diuntungkan. Abiotik ada karena komponen biotik memerlukan
media untuk tetap bisa bertahan hidup. Dengan demikian, pihak yang
diuntungkan adalah daun merambat. Sedangkan dinding pagar merupakan pihak yang
tidak diuntungkan dan juga tidak dirugikan. Hal ini sesuai dengan literatur
yang menyatakan bahwa hubungan antara dua organisme yang berbeda spesies
tersebut, dimana yang satu diuntungkan dan yang lain tidak diuntungkan dan
tidak dirugikan maka disebut simbiosis komensalisme (Rahmad, 2008).
Pengamatan kedua
yaitu interaksi antara lalat dengan sampah. Antara lalat dengan sampah
terjadi interaksi antar individu yaitu berupa interaksi simbiosis
komensalisme. Dimana dalam pengamatan yang kami lakukan, teramati bahwa lalat
sedang mngerubungi tumpukan sampah dan daging busuk di sungai yang arus
airnya surut. Lalat ini berperan sebagai konsumen, selain itu lalat
juga menggunakan
sampah-sampah untuk media
berkembang biak dengan cara
melepas
belatung pada sampah. \ Dengan
demikian, pihak yang diuntungkan adalah lalat itu sendiri. Sedangkan sampah
merupakan pihak yang tidak diuntungkan atau tidak dirugikan. Hal ini sesuai
dengan literatur yang menyatakan bahwa hubungan antara dua organisme yang
berbeda spesies tersebut, dimana yang satu diuntungkan dan yang lain tidak diuntungkan
dan tidak dirugikan maka disebut simbiosis komensalisme (Rahmad, 2008).
Pengamatan ketiga
yaitu interaksi antara kadal dengan sampah. Antara kadal dengan sampah
terjadi interaksi antar individu yaitu berupa interaksi simbiosis
komensalisme. Dimana dalam pengamatan yang kami lakukan, teramati bahwa kadal
memakan sampah rumah tangga yang telah membusuk untuk kelangsungan hidup
kadal tersebut, tetapi hal tersebut tidak membuat sampah rumah tangga merasa dirugikan.
Sehingga,
dapat disimpulkan bahwa antara kadal dengan sampah rumah tangga terjadi
interaksi biotic-abiotik
berupa simbiosis komensalisme. Hal ini sesuai dengan literatur yang
menyatakan bahwa hubungan antara dua organisme yang berbeda spesies tersebut,
dimana yang satu diuntungkan dan yang lain tidak diuntungkan dan tidak
dirugikan maka disebut simbiosis komensalisme (Rahmad, 2008).
Pengamatan keempat
yaitu interaksi antara semut dengan tanah. Antara semut dengan tanah terjadi
interaksi antar individu yaitu berupa interaksi simbiosis mutualisme. Dimana
dalam pengamatan yang kami lakukan, teramati bahwa semut
membentuk lubang pada tanah sehingga oksigen bisa masuk kedalam tanah dan
kandungan oksigen dalam tanah tersebut menjadi bertambah. Semut disebut juga
sebagai pendekomposer bahan organik. Sehinga bahan organik bisa diuraikan oleh seemut-semut. Dari hal
tersebut, kedua belah pihak yang diuntungkan adalah semut dan juga tanah
karena semut menggunakan media tanah sebagai tempat tinggalnya dan juga akan
membantu menguraikan bahan-bahan organik yang ada pada tanah. Hal ini sesuai
dengan literatur yang menyatakan bahwa hubungan antara dua organisme yang
berbeda spesies yang saling menguntngkan kedua belah pihak maka disebut simbiosis
mutualisme (Ruslan, 2008).
Pengamatan kelima
yaitu interaksi antara cacing dengan tanah. Antara cacing dengan tanah
terjadi interaksi antar individu yaitu berupa interaksi simbiosis mutualisme.
Dimana dalam pengamatan yang kami lakukan, teramati bahwa cacing menggunakan tanah sebagai tempat hidupnya dan tanah akan
menjadi lebih subur karena adanya tambahan unsur hara dari kotoran cacing
tanah tersebut. Dengan demikian, cacing
dan tanah sama-sama pihak yang diuntungkan. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa hubungan antara dua organisme
yang berbeda spesies yang saling menguntngkan kedua belah pihak maka disebut
simbiosis mutualisme (Ruslan, 2008).
Pengamatan keenam
yaitu interaksi antara ular dengan tanah dan air. Antara ular dengan tanah
dan air terjadi interaksi antar individu yaitu berupa interaksi simbiosis
komensalisme. Dimana dalam pengamatan yang kami lakukan, teramati bahwa ular menggunakan media tanah dan air dalam pergerakannya.
Karena warna ular menyerupai tanah, maka ular tersebut dapat menghindar dari
musuhnya dan juga dapat mengintai mangsanya secara perlahan-lahan. Hal
tersebut tidak membuat sampah tanah
ataupun air merasa dirugikan. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa antara ular dengan tanah dan air terjadi interaksi
biotik-abiotik berupa simbiosis
komensalisme. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa hubungan
antara dua organisme yang berbeda spesies tersebut, dimana yang satu
diuntungkan dan yang lain tidak diuntungkan dan tidak dirugikan maka disebut
simbiosis komensalisme (Rahmad, 2008).
Pengamatan ketujuh
yaitu interaksi
antara kepiting
dengan dinding berbatu. Antara
kepiting
dengan dinding berbatu
terjadi interaksi antar individu yaitu berupa interaksi simbiosis
komensalisme.
Pada interaksi antara kepiting dan dinding berbatu di sungai, diamati bahwa kepiting bersembunyi di lubang-lubang
dinding tersebut dan biasanya
lubang-lubang tersebut merupakan tempat tinggal sekaligus untuk
mencari makan.
Sedangkan dinding batu tersebut tidak diuntungkan dan tidak juga
dirugikan karena tidak mengubah dinding batu tersebut. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terjadi
interaksi simbiosis komensalisme antara kepiting dan dinding berbatu di
sungai. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa simbiosis
komensalisme yaitu hubungan
antara makluk hidup dengan salah satu spesies mendapatkan keuntungan
sedangkan spesies lain tidak dirugikan dan juga tidak diuntungkan (Rahmad,
2008).
|
4.
Jelaskan peran
interaksi komponen biotik dalam mewujudkan kesetimbangan ekosistem!
Peran interaksi komponen biotik dalam mewujudkan
kesetimbangan ekosistem adalah sebagai berikut (Rahardjanto, 2005).
1.
Peran komponen biotik sebagai produsen
Produsen merupakan golongan makhluk hidup yang dapat menghasilkan makanan
sendiri. Golongan ini adalah semua tumbuhan yang mempunyai zat hijau rumput-rumputan
(klorofil). Dengan bantuan sinar matahari, tumbuhan melakukan fotosintesis
yang menghasilkan karbohidrat dan oksigen.
2.
Peran komponen biotik sebagai konsumen
Konsumen merupakan kelompok makhluk hidup yang tidak dapat membuat
makanannya sendiri. Kelompok ini meliputi semua hewan dan manusia. Untuk
memperoleh makanannya, konsumen sangat bergantung kepada produsen, baik
secara langsung maupun tidak. Konsumen dalam ekosistem ini dapat dibagi
menjadi tiga yaitu konsumen tingkat I, konsumen tingkat II, dan konsumen
tingkat III. Dikatakan konsumen tingkat I apabila memakan tumbuhan secara
langsung atau biasanya dikenal dengan sebutan herbivora. Contohnya adalah
tikus. Hewan yang memakan konsumen tingkat I disebut konsumen tingkat II dan
sering dikenal dengan sebutan karnivora, bisa juga disebut omnivora.
Contohnya adalah katak, burung, ikan, ular. Sedangkan hewan yang memakan
konsumen tingkat II disebut hewan karnivora maupun hewan omnivora. Contohnya
adalah elang.
3.
Peran komponen biotik sebagai pengurai
Pengurai atau dekomposer ini bertugas menguraikan kembali zat yang
terdapat dalam makhluk hidup yang sudah mati. Makhluk hidup yang berperan
sebagai pengurai adalah bakteri dan jamur yang bersifat saprofit (hidup pada
sampah atau sisa makhluk hidup). Contohnya adalah jamur dan bakteri.
Dalam suatu ekosistem, jumlah tiap-tiap komponen biotik
akan mengalami perubahan yang teratur sehingga perbandingannya selalu tetap.
Perubahan jumlah produsen akan diikuti oleh perubahan pada konsumen I,
konsumen II, konsumen III, dan seterusnya. Perubahan pada komponen biotik ini
terjadi secara alamiah. Gelombang turun naiknya jumlah populasi dengan irama
yang tetap ini disebut dengan fluktuasi populasi (Rusmendro, 2004).
Ekosistem merupakan satu kesatuan antara komponen
biotik dan abiotik. Ekosistem ini dikatakan seimbang apabila komposisi
diantara komponen-komponennya dalam keadaan seimbang. Ekosistem yang seimbang
dapat bertahan lama atau kesinambungannya dapat terpelihara. Kehidupan dalam
sebuah akuarium adalah contoh suatu ekosistem. Komponen biotiknya adalah
tumbuhan air, ikan, siput, dan bakteri pengurai. Komponen abiotiknya adalah
air, batu, pasir, dan udara. Bila komposisi komponen tersebut sudah mencapai
keseimbangan, komunitas dalam akuarium tersebut dapat bertahan lama.
Ketergantungan komponen biotik dapat mempengaruhi komponen abiotik. Contohnya
cacing yang menggemburkan tanah yang dapat menimbulkan rongga udara dalam
tanah, sehingga tersedia udara yang diperlukan akar tumbuhan. Selain itu akar
pohon yang dapat menyerap dan menahan air hujan sehingga tidak terjadi erosi
(pengikisan) pada tanah dan tidak terjadi banjir (Purnomo, 2005).
Keseimbangan ekosistem secara alami dapat berlangsung
karena bebrapa hal, yaitu komponen-komponen yang ada terlibat dalam aksi
reaksi dan berperan sesuai kondisi keseimbangan, rantai makanan,
jaring-jaring makanan, piramida makanan, arus energi, dan siklus biogeokimia
dapat berlangsung. Keseimbangan lingkungan dapat terganggu bila terjadi
perubahan berupa pengurangan fungsi dari komponen atau hilangnya sebagian
komponen yang dapat menyebabkan putusnya mata rantai dalam ekosistem. Selain
aliran energi, di dalam ekosistem terdapat juga struktur atau tingkat trofik,
keanekaragaman biotik, serta siklus materi. Energi dapat diartikan sebagai
kemampuan untuk melakukan kerja. Energi diperoleh organisme dari makanan yang
dikonsumsinya dan dipergunakan untuk aktivitas hidupnya. Cahaya matahari
merupakan sumber energi utama kehidupan. Tumbuhan berklorofil memanfaatkan
cahaya matahari untuk berfotosintesis. Organisme yang menggunakan energi
cahaya untuk merubah zat anorganik menjadi zat organik disebut kemoautotrof.
Organisme yang menggunakan energi yang didapat dari reaksi kimia untuk
membuat makanan disebut kemoautotrof. Energi yang tersimpan dalam makanan
inilah yang digunakan oleh konsumen untuk aktivitas hidupnya. Pembebasan
energi yang tersimpan dalam makanan dilakukan dengan cara oksidasi
(respirasi). Golongan organisme autotrof merupakan makanan penting bagi
organisme heterotrof, yaitu organisme yang tidak dapat membuat makanan
sendiri. Misalnya manusia, hewan, dan bakteri tertentu. Makanan organisme
heterotrof berupa bahan organik yang sudah jadi. Aliran energi merupakan
rangkaian urutan pemindahan bentuk energi satu ke bentuk energi yang lain
dimulai dari sinar matahari lalu ke produsen, konsumen primer, konsumen
tingkat tinggi, sampai ke saproba di dalam tanah. Siklus ini berlangsung
dalam ekosistem. Materi yang menyusun tubuh mikroorganisme berasal dari bumi.
Materi yang berupa unsur-unsur terdapat dalam senyawa kimia yang merupakan
materi dasar makhluk hidup dan tak hidup. Siklus biogeokimia atau siklus
organik-anorganik adalah siklus unsur atau senyawa kimia yang mengalir dari
komponen abiotik ke biotik dan kembali lagi ke komponen abiotik. Siklus
unsur-unsur tersebut tidak hanya melalui organisme, tetapi juga melibatkan
reaksi-reaksi kimia dalam lingkungan abiotik sehingga disebut siklus
biogeokimia (Kistinnah, 2009).
Dengan adanya interaksi-interaksi tersebut, suatu
ekosistem dapat mempertahankan keseimbangannya. Pengaturan untuk menjamin
terjadinya keseimbangan ini merupakan ciri khas suatu ekosistem. Apabila
keseimbangan ini tidak diperoleh maka akan mendiring terjadinya dinamika
perubahan ekosistem untuk mencapai keseimbangan baru. Adanya
perubahan-perubahan pada populasi mendorong perubahan pada komunitas.
Perubahan-perubahan yang terjadi menyebabkan ekosistem berubah. Perubahan
ekosistem akan berakhir setelah terjadi keseimbangan ekosistem. Keadaan ini
merupakan klimaks dari ekosistem. Apanila pada kondisi seimbang datang
gangguan dari luar, keseimbangan ini dapat berubah, dan perubahan yang
terjadi akan selalu mendorong terbentuknya keseimbangan baru. Rangkaian
perubahan mulai dari ekosistem tanaman perintis sampai mencapai ekosistem
klimaks disebut suksesi (Parjatmo, 2007).
Dalam hal pengamatan yang kami lakukan pada ekosistem
sungai dan daerah sekitar aliran sungai, komponen yang berperan sebagai konsumen
tingkat I atau yang biasa dikenal dengan herbivora adalah kumbang, belalang,
dan lalat. Sedangkan konsumen tingkat II atau yang biasa dikenal dengan
karnivora maupun omnivora adalah kadal, kepiting. Dan konsumen tingkat III
atau yang biasa dikenal karnivora maupun omnivora adalah ular. Produsen pada
ekosistem sungai yang kami amati adalah daun, rumput-rumputan, dan pohon
bambu. Sedangkan untuk dekomposer adalah cacing tanah dan semut.
Dengan adanya komponen biotik tersebut baik dari
produsen, konsumen, maupun pengurai atau dekomposer, maka akan tercipta
sebuah rantai makanan yaitu perpindahan energi melalui proses makan dan
dimakan dengan urutan tertentu. Kemudian rantai-rantai makanan yang saling
berhubungan satu dengan yang lainnya akan membentuk jaring-jaring makanan.
Dari jaring-jaring makanan akan terbentuk piramida makanan yaitu gambaran
perbandingan antara produsen, konsumen dan seterusnya yang semakin ke puncak
biomas nya semakin kecil. Dengan adanya piramida makanan maka akan mengalir
arus energi yaitu perpindahan dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah.
Dengan demikian, maka akan membentuk sebuah siklus energi yaitu perpindahan
zat dari tempat satu ke tempat yang lain dan akhirnya kembali ke zat itu
berasal (Aryulina, 2004).
|
5.
Gambar interaksi
komponen biotik selama pengamatan!
Sudah terlampir
pada DHP
|
Kesimpulan
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal
balik antara makhluk hidup (biotik) dengan lingkungannya (abiotik). Adapun
jenis interaksi yang terdapat dalam ekosistem diantaranya adalah interkasi
antarorganisme, interaksi antarpopulasi, interaksi antarkomunitas dan
interaksi antarkomponen biotik dengan abiotik. Interaksi antarorganisme
meliputi simbiosis dan antibiosis. Dimana simbiosis itu sendiri terdiri dari
simbiosis mutualisme (saling menguntungkan satu pihak dengan pihak lainnya),
komensalisme (menguntungkan bagi satu pihak, pihak lain tidak merasa
diuntungkan ataupun dirugikan), parasitisme (menguntungkan disatu pihak,
tetapi pihak lain dirugikan). Sedangkan antibiosis merupakan pola hubungan
antara makhluk hidup dimana salah satu individu mengeluarkan suatu zat yang
dapat membahayakan individu lainnya. Interaksi antarpopulasi terdiri dari
alelopati dan kompetisi. Dimana alelopati merupakan interaksi antarpopulasi,
bila populasi yang satu menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya
populasi lain. Sedangkan kompetisi merupakan interaksi antarpopulasi bila
antarpopulasi dapat kepentingan yang sama sehingga terjadi persaingan untuk
mendapatkan apa yang diperlukan.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada ekosistem sungai dan daerah
sekitar aliran sungai yaitu interaksi komponen biotik-biotik dan komponen
biotik-abiotik. Pada pengamatan interaksi komponen biotik-biotik, dilakukan
dengan mengamati interaksi
organisme antara hama kupu-kupu putih dengan tanaman. Antara hama kupu-kupu
putih dengan tanaman terjadi interaksi antar individu yaitu berupa interaksi
simbiosis parasitisme. Pada interaksi kupu-kupu putih dengan
tanaman, diamati bahwa hama kupu-kupu putih mengeluarkan hama yang menyerupai
jamur pada tanaman tersebut yang nantinya dapat membuat tanaman itu memiliki
bintik-bintik hitam dan ada yang bisa menyebabkan daun dari tanaman tersebut
putih, sehingga bisa menyebabkan kematian pada tanaman. Dalam hal ini, hama
kupu-kupu
putih adalah
pihak yang diuntungkan, sedangkan tanaman
tersebut
merupakan pihak yang dirugikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terjadi
interaksi simbiosis komensalisme antara hama kupu-kupu putih dan tanaman.
Sedangkan pengamatan interaksi komponen biotik-abiotik, dilakukan dengan
mengamati interaksi organisme yang terjadi antara kepiting dengan dinding berbatu yang merupakan jenis
interaksi simbiosis komensalisme, yaitu hubungan
antara makluk hidup dengan salah satu spesies mendapatkan keuntungan
sedangkan spesies lain tidak dirugikan dan juga tidak diuntungkan. Pada interaksi antara kepiting dan dinding berbatu di sungai, diamati bahwa kepiting bersembunyi di lubang-lubang
dinding tersebut dan biasanya
lubang-lubang tersebut merupakan tempat tinggal sekaligus untuk
mencari makan.
Sedangkan dinding batu tersebut tidak diuntungkan dan tidak juga
dirugikan. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa terjadi interaksi simbiosis
komensalisme antara kepiting dan dinding berbatu di sungai.
|
Daftar
Pustaka
Crush, M. 2006. Ecosystem. New York : Mc Graw – Hill
Companies
Hutagalung, R.
2010. Ekologi Dasar. Jakarta :
Erlangga
Ida, S. 2004. Biologi Jilid 2. Jakarta : Esis
John, P. 2007. Biology : Enviromental. Canada : J dan
B Published
Melani, D. 2007. Ekosistem dan Unsur Hayati. Bandung :
Intan Pariwara
Santoso, A. 2005. Pinter Biologi. Yogyakarta : Gramedia
|
Tanggal
|
Nilai
|
Paraf Asisten
|
|
|
|
DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN
Aryulina, Dyah. 2004. Biologi I. Jakarta : Erlangga
Kimball, John W. 2004. Biologi Jilid II. Jakarta : Erlangga
Kistinnah, Idun. 2009. Biologi Makhluk Hidup dan Lingkungannya.
Jakarta : Erlangga.
Marlin, T. 2007. Kajian Ekologi Hijau. Jakarta : Gravindo
Media Pratama
Parjatmo, Widjaja. 2007. Biologi Umum I. Bandung : Angkasa.
Purnomo, dkk. 2005. Biologi. Jakarta : Sunda Kelapa Muda
Pustaka
Rahardjanto. 2005. Ekologi Tumbuhan. Malang : UMM
Rahmad, D. 2008. Biologi Dasar Edisi 5 Jilid 1. Jakarta :
Erlangga
Ruslan, Ahmad. 2008. Biologi Universitas. Jakarta : Gravindo
Media Pratama
Rusmendro, Hasmar. 2004. Seri Diktat Kuliah Ekologi Tumbuhan.
Jakarta : UI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar